Wednesday, March 21, 2007, posted by Van Elki at 20:24
Tulisan yang saya posting ke dalam milis komunitas alumni ini dalam rangka lanjutan dari tulisan sebelumnya, yaitu: Hanya Orang Sukses yang Naik Garuda.
__________________

Tips Naik Pesawat di Indonesia

Iya tuh bung fulan...

Emang kalo kebetulan dapat pesawat delay lebih baik mengerut dada aja deh. Pasti ada hikmahnya kalo dipikir-pikir. Waktu itu, saya juga pernah ketinggalan pesawat. Awalnya gerutu, dan "ngamuk-ngamuk" sama kru maskapainya. Eh ternyata benar ada hikmahnya ketinggalan pesawat. Karena pesawat yang tadi kita mau naikin ternyata tergelincir saat mau take off. Untung deh ketinggalan pesawat. Hehehehe...

Oya tips buat semua anggota milis yang intensitas bepergian keluar kotanya tinggi dgn pesawat. Tips ini amat relevan dengan kondisi dunia penerbangan di Indonesia.

1. Jangan suka pindah bangku sembarangan. Karena posisi bangku, bisa dijadikan dasar untuk mengenali identitas mayat kita yang sudah dalam kondisi tidak dikenali lagi.

2. Jangan sering-sering terbang pakai identitas orang lain. Kasian ahli waris kita nanti, karena pasti ribet dengan urusan asuransi.

3. Rajin-rajinlah menulis surat wasiat sebelum naik pesawat. Misalnya, minta tolong sama sanak family, untuk tetap ngasih makan ikan di aquarium, juga kucing, burung, anjing dll, atau juga kasih titipan uang untuk isteri simpanan... kalo ada... hehehe...

4. Jangan lupa, pakai gelang, kalung yang terbuat dari logam. Gelangnya dipasang di tangan dan di kaki. Lalu dibuat tulisan nama kita dengan cara diukir atau dibikin hurupnya menjadi timbul. Tujuannya, biar kalo tubuh kita dah hangus kebakar, masih bisa dikenali.

5. Bawalah HP Satelit yg paling canggih. Jadi 10 menit sebelum pesawat yang anda naiki meledak di bumi... Segera nyalakan HP-nya, lalu SMS lah orang-orang yang anda kasihi.... Tapi singkat aja, jgn panjang-panjang. Kalo kepanjangan nanti keburu jatuh, tau...!

Isi sms-nya misalnya: "Adinda di Mks..... I LOVE YOU....!!!" atau "Ummi.... maafin ananda ya...!!!" Saya jamin, SMS anda tak akan pernah dihapus di HP-nya sampai kapan pun...

6. Jangan lupa, bawalah kompas (penunjuk arah), atau semacam alat GPS gitu lah. Siapa tau, anda bisa ikut membantu pilot pesawat anda untuk menentukan arah bandara yang dituju... Maklum, banyak pesawat yg suka nyasar... Hehehehe...

7. Yang terakhir, jangan lupa ucapkan "Allahu Akbar". Tapi harus tulus dan yakin ya... Maklumlah, biar pun saya tahu kalian kuliah di kampus muslim, tetap aja shalat kalian pada banyak yang bolong. Apalagi anak-anak jurusan Filsafat. .. tapi anak Fakultas Hukum/Syariah juga banyak seh... hehehehe...

Sekian tips dari saya.

Oya, saya ingatkan sekali lagi, tips ini tetap tak akan membantu menyelamatkan nyawa anda di atas pesawat. Karena sebagian nyawa anda, sudah anda titipkan ke tangan Pilot. Sisanya di tangan Tuhan.

Semoga tips ini bermanfaat.. ... hehehe..

Depok, 5 Januari 2007


Fan el Kindy



NB:
Buat seseorang yang merasa dirinya disebut pada salah satu bagian dari tulisan ini... Gak usah kaget ya... Karena tulisan ini sudah saya edit, untuk disesuaikan dengan konteks saat ini. Hehehehe... Gak marahkan..?
 
, posted by Van Elki at 20:10
Tulisan ini saya posting ke dalam sebuah milis yang saya ikuti. Dibuat hanya sekedar untuk memperhangat diskusi aja, dan sekedar obrolan ringan di dalam milis.
______________________________


Iklan: Hanya Orang Sukses yang Naik Garuda


Tadi siang, lagi asyik dengarin radio Elshinta dan 68H, tiba-tiba sebuah spot iklan bikin saya keki....

Iklan dari maskapai penerbangan Garuda Airways ini, bisa bikin pendengarnya (mungkin termasuk anda-anda) antara dongkol, gerutu, dan tertawa juga, itu pun setelah direnungi... .

Kalimat dalam iklannya (kira-kira) begini:
"Ayo naik Garuda, hanya orang sukses yang naik Garuda"

"Sialan neh iklan, sombong amat seh," reaksi saya spontan. "Kalo orang gak naik Garuda, berarti bukan orang sukses donk..." Begitu kira-kira logika sinisnya merespon iklan tsb.

Setelah dipikir-pikir, lucu juga kalo logikanya dibalik-balik.

Emang seh benar juga, hanya orang sukses yg naik Garuda. Karena harga tiket Garuda kan muahal sekuaallliii, dibanding rivalnya, seperti Adam Air, Sriwijaya, Lion dan lain-lain. Dan hanya orang sukses yang bisa punya uang untuk beli tiket Garuda.

Terkait dengan masih hilangnya Adam Air rute Surabaya-Menado, KI 574, dan image Adam Air yang sering kali kecelakaan, semestinya kalimat iklan Garuda di atas perlu ditambahin lagi.

"Ayo naik Garuda. Hanya orang sukses, sekaligus orang pengecut (takut mati) yang naik Garuda....!"

Sementara untuk iklan Adam Air sebaliknya.

"Ayo naik Adam Air. Hanya orang melarat, sekaligus orang pemberani dan tak takut mati yang naik Adam Air....!"

Aduh... ironi ya dunia penerbangan kita...? Mau murah, tapi nyawa taruhannya....

Do'a kita... semoga pesawat Adam Air KI 574 dan 96 penumpang serta awaknya ditemukan selamat...

Oya, buat sobat ku semua, saya ucapin, Happy New Year, Happy Idul Adha, and Merry Crimast.


Depok, 3 Januari 2007


Fan el Kindy


Tulisan lanjutan....: Tips Naik Pesawat di Indonesia
 
Friday, March 16, 2007, posted by Van Elki at 19:21
Tulisan ini di muat di Harian Tribun, Tangerang, Senin, 19 Februari 2007

Writed by: Rahmat Sahid


“Perjuangan mahasiswa layaknya perjuangan seorang cowboy. Seorang cowboy datang ke sebuah kota dari horizon yang jauh. Di kota telah merajalela perampokan, pemerkosaan, dan ketidakadilan. Cowboy ini menantang sang bandit berduel dan ia menang. Setelah para penjahat mati, penduduk kota mencari sang cowboy untuk mengucapkan terimakasih. Tetapi sang cowboy telah berlalu, kembali ke horizon yang jauh, tak berharap pujian, sanjungan, atau balas jasa. Namun, sang cowboy berjanji dalam hati, suatu saat dia akan kembali lagi bila angkara murka dan ketidakadilan kembali merajalela.
(Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran, 1983)

Idealnya, dalam suatu bangsa yang kondisinya sedang memprihatinkan seperti halnya Indonesia, kekuatan pemuda khususnya mahasiswa, harus menjadi garda terdepan yang harus mengawal berlangsungnya roda-roda pemerintahan. Karena kalau kita menengok kebelakang, dimana sejarah kita telah mengajarkan kepada kita bahwa betapa pentingnya peran mahasiswa dalam setiap terjadinya perubahan yang terjadi di bangsa ini.

Soe Hok Gie, tokoh gerakan mahasiswa angkatan tertua pasca kemerdekaan telah mengajarkan kepada kita semua bahwa mahasiswa tidak cukup hanya menuntut ilmu tanpa mengimplementasikan keilmuannya dalam kehidupan sosial. Situasi ekonomi dan politik mada masa itu telah dijadikan inspirasi oleh Gie dan berakan mahasiswa untuk mengkritisi pemerintahan Soekarno, yang dilihatnya korup dan menelantarkan rakyatnya dalam kelaparan.

Gerakan mahasiswa 1998-1999, juga telah menorehkan tinta emas sejarah sebagaimana pada masa Gie. Mereka telah menggelindingkan bola salju perubahan, yang pada akhirnya menjatuhkan rezim Orde Baru.

Mengapa Mahasiswa Bergerak?
Telah banyak dilakukan analisis untuk membahas sebab-sebab gerakan mahasiswa. Kesimpulan yang muncul beraneka ragam, mulai dari mahasiswa bergerak karena mereka terkena dampak krisis ekonomi, mahasiswa bergerak karena adanya konspirasi elite yang memanfaatkan mereka, hingga kesimpulan bahwa mahasiswa bergerak hanya karena ikut-ikutan kaum elite.

Disini, penulis melihat bahwa, gerakan mahasiswa itu tidak muncul dengan mendadak atas situasi yang dihadapinya. Sebagai contoh adalah munculnya gerakan mahasiswa 1998, mereka telah berpikir kritis tentang kekuasaan Orde Baru, mereka juga sadar akan resiko yang akan dihadapi apabila berani mengkritisi pemerintah. Maka dari itulah, gerakan mahasiswa pada waktu itu tidak begitu besar.

Selain itu, strategi pembodohan benar-benar terasa mematikan aktivitas mahasiswa sejak diterapkannya konsep Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) pada tahun 1978. Waktu itu, aktivitas mahasiswa diatur oleh birokrasi kampus, yang keberadaannya dibawah tekanan penguasa. Bagi mahasiswa, situasi ini merupakan strategi besar Soeharto untuk mematikan semua lawan politiknya, termasuk kelompok kritis dari kalangan mahasiswa.

Jadi, kesinambungan merupakan tema gerakan mahasiswa 1998-1999, mereka adalah aktivis-aktivis mahasiswa sejak awal tahun 1990-an, bahkan ada juga yang dari generasi 1980-an. Kekuatan lama yang telah dibangun oleh gerakan mahasiswa yang berkesinambungan, terutama melalui kegiatan yang tak pernah mati, seperti Lembaga Pers Mahasiswa (LPM), bangun kembali setelah kondisi objektif memungkinkan.

Setelah gelombang krisis moneter menerpa asia pada tahun 1997, Indonesia menjadi salah satu korban guncangan ekonomi tersebut. Saat itulah mahasiswa melihat kesempatan untuk menggulingkan kekuasaan yang menindas, karena krisis moneter disebabkan oleh keserakahan untuk menyedot kekayaan rakyat.

Jadi, berbeda dari perspektif analisis yang menganggap krisis telah melahirkan gerakan mahasiswa. Penulis beranggapan bahwa krisis hanyalah menyediakan kesempatan kepada mahasiswa untuk bergerak, karena pada hakekatnya, gerakan mahasiswa selalu ada disetiap generasi dan dibawah penguasa siapapun.

Gerakan Mahasiswa Kini
Pada saat kondisi bangsa yang secara objektif bisa dikatakan sebagai bangsa yang sangat carut-marut, gerakan mahasiswa malah terlihat sangat sepi dalam gerakannya. Karena kalau dilihat dari kwuantitas aksi demonstrasi, tidak seimbang dengan banyaknya kebijakan yang seharusnya disikapi oleh mahasiswa. Belum lagi dengan fenomena polarisasi yang dilakukan para elite politik yang sering memanfaatkan kekuatan gerakan mahasiswa sebagai alat pemukul terhadap lawan politiknya, sehingga tidak aneh ketika sering terdengar bahwa gerakan mahasiswa telah menjadi “agen demo” yang bisa dipakai oleh kelompok politik manapun dan dengan kepentingan apapun asalkan sesuai dengan harga.

Menjadi hal yang wajar, ketika Pemerintah saat ini yaitu presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wakil Presiden Joesuf kalla (JK) tidak merasa terganggu oleh adanya gelombang demonstrasi yang mengkritisi kebijakannya. Karena selain kecilnya gerakan mahasiswa saat ini, juga terdapat perpecahan yang terjadi dikalangan mahasiswa. Hal itu dapat terlihat dari tidak kompaknya dalam menyampaikan isu atau tuntutan dalam kaitannya menyikapi masalah nasional.

Dengan kecilnya kekuatan mahasiswa saat ini, juga dalam ketidakkonsistenannya dalam menuntut keadilan, bukan berarti tidak ada lagi kekuatan mahasiswa yang yang mungkin bisa dikatakan “konsisten” terhadap kepentingan rakyat seperti tentang kenaikan BBM. Terbukti, sejak kepemerintahan SBY-JK, sudah banyak dari kalangan mahasiswa yang harus mendekam dalam penjara karena telah mengkritik Pemerintah dengan keras.

Menjadi Tim Hore
Hedonisme dan budaya “gaul” yang sekarang ini telah menjangkiti mahasiswa pada umumnya ternyata ikut menambah keterpurukan kondisi bangsa ini. Hal itu terbukti dengan “diam”nya mahasiswa dalam melihat kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada kepentingan rakyat. Sebagai contoh adalah ketika menuntut agar Soeharto diadili, menolak kenaikan harga BBM, menolak impor beras, menolak PP NO. 37 tahun 2006, dan lain sebagainya, gerakan mahasiswa tidak terkesan dengan keseriusannya dalam menyampaikan aspirasinya.

Padahal gerakan mahasiswa seharusnya bisa menunjukkan kemarahannya terhadap pemerintah atas kebijakannya. Intensitas aksi yang ditingkatkan, kuantitas massa diperbanyak dengan mengorganisir kelompok-kelompok yang dirugikan oleh kebijakan tersebut, niscaya pemerintahan SBY-JK akan lebih serius dalam mendengarkan aspirasi yang disampaikan oleh mahasiswa. Kalaupun tidak, maka kekuatan mahasiswa juga bisa melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan terhadap Pemerintahan Orde Baru.

Akantetapi, hal itu terasa sulit terwujud, ketika yang sering Penulis perhatikan justru kebanyakan mahasiswa sekarang hanya bisa menjadi “tim hore” dalam melengkapi kepentingan kelompok tertentu. Jaket almamater yang dipakai oleh mahasiswa bukan lagi menjadi simbol kritis dari mahasiswa, karena selama ini kebanyakan mahasiswa cukup puas dan bangga ketika bisa muncul di layar TV, dalam acara parodi ataupun yang melibatkan mahasiswa, tetapi, Penulis ulangi sekali lagi hanya menjadi “tim hore”.

Selamat berjuang mahasiswa, karena di bangsa ini masih banyak ketidakadilan.

Rahmat Sahid
Direktur L-KASt (Lembaga Kajian dan Advokasi Masyarakat)
Pemerhati Masalah Politik, Aktifis Komunitas Mahasiswa UIN


___________________________________
My Comment:

Rahmat Sahid adalah sobat junior kuliah saya di UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat. Saya biasa memanggilnya Sahid. Dia angkatan kuliah masuk tahun 1999. Saat ini sedang menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Theologi Islam (Ushuluddin).

Pertama kali saya mengenalnya pada pertengahan tahun 2001, saat sedang menggelar aksi demonstrasi di dalam kampus. Sahid terlihat berada dalam barisan massa aksi. Nampaknya dia begitu antusias untuk menggeluti dunia gerakan mahasiswa. Beberapa kawan saya yang lain, begitu antusias “memprosfeknya.” Sehingga sampai kini, Sahid masih tetap eksis berada di tengah-tengah komunitas saya.

Saya senang, dia punya bakat kepemimpinan yang cukup. Dan mampu menggantikan era kepemimpinan generasi angkatan saya dan kawan-kawan lainnya.

Kini setelah diambang kelulusan kuliah S1-nya, saya selalu memotivasinya untuk rajin menulis. Saya senang mengajak dia diskusi tentang isi tulisannya, dan gaya penulisannya. Dengan begitu, antara saya dan dia saling mengisi kekurangan masing-masing. Dan kini belakangan, tulisan-tulisannya banyak dimuat di media lokal. Bahkan kabarnya, sebuah koran nasional ternama, sudah menjanjikan akan memuat tulisannya. Syukurlah...

Oke sobat, maju terus... Jangan bosan-bosan memeras otak mu untuk membuat tulisan. Menulis lah bak air mengalir. Dengan menulis, dunia akan tahu apa yang sedang kau pikirkan...
Saatnya kita harus ANGKAT SENJATA.
Pena adalah senjata kita. Hehehehe...

Salam dan harap ku untuk kemajuan mu dalam menulis.


Fan el Kindy
 
Wednesday, March 14, 2007, posted by Van Elki at 20:56
Malam itu, 13 Maret 2007, saya sedang dikejar waktu. Sepeda motor yang saya tunggangi saya pacu melesat arah pulang ke rumah di kawasan Depok. Hujan rintik yang sudah mulai turun, menjadi alasan yang membuat saya harus memacunya cepat. Tiba-tiba Handphone CDMA saya berdering. Nadanya menunjukkan ada pesan singkat masuk. Sepeda motor yang tadinya melaju kencang, perlahan kecepatannya saya kurangi, dan saya tepikan di pinggir jalan. Saat HP dibuka, ternyata ada sebuah pesan singkat (SMS) dari seorang sobat lama di bangku Sekolah Dasar (SD) dulu.

“Fan, alhamdulillah. Gua udah nikah hari Sabtu lalu. Doain gua yach…?” katanya dalam SMS.

Bukan ucapan selamat yang saya lontarkan untuk menjawab pesan singkatnya. Tetapi,

“Yeee… Gimana seh, kok lo nikah gak bilang-bilang. Lo nikah dah kaya kucing kawin. Diam-diam aja. Gak diramein ya? Ato jangan-jangan lo dah bikin hamil tuh anak perawan orang. Ya udah, gua meluncur ke rumah lo sekarang juga..! Awas, jangan kemana-mana lo..!”

Begitulah balasan pesan singkat saya. Agak terdengar kasar isinya. Tapi itulah, ciri betapa kentalnya persahabatan saya dengan sobat yang satu ini. Isi SMS itu menunjukkan betapa marah saya kepadanya. Sebagai sobat kentalnya, saya merasa ia tak menghargai saya, ketika ia tidak memberitahukan rencana pernikahannya.

Sampai di rumahnya, marah saya belum hilang. Nada protes dan kekecewaan saya lontarkan kepadanya. Sehingga dengan susah payah dia meredakan kemarahan saya.

“Aduh Fan, maafin gua deh. Bukannya gua gak mau ngundang lo ato ngasih tau lo. Gua cuma gak mau ngerepotin lo aja. Itu aja kok,” katanya berdalih.

“Yeeee… lo gimana. Bukan apa-apa fren. Setiap kawan-kawan dekat gua yang merit, gua selalu ada di saat proses akad nikahnya berlangsung. Mengapa? Selain prosesnya yang gua suka karena kadang bikin merinding, tapi itu juga sangat positif untuk memotivasi gua untuk segera menyusul lo. Hehehe…,” tukas saya.

******
Sebut aja, kawan saya yang di atas tadi namanya Noel. Noel ini adalah sobat saya sejak pertama kali duduk di bangku SD. Artinya, kalau saya masuk kelas 1 SD pada tahun 1985, maka tahun 2007 ini, perkenalan saya dengannya sudah 22 tahun. Wow, sebuah waktu yang cukup lama bukan.

Banyak kenangan di masa SD bersamanya yang tak pernah saya lupa. Salah satunya adalah kenangan waktu saya dan dia berkelahi melawan 4 orang siswa SD lain yang menjadi musuh bebuyutan tawuran dengan SD saya. Waktu itu saya duduk di kelas 6. Meski 2 melawan 4, akhirnya kemenangan ada ditangan kami. Hehehe…

Ya, diantara banyak kawan di SD dulu, hanya dia satu-satunya yang masih terus bersahabat baik dengan saya. Meski sejak lulus SD di tahun 1991, saya dan dia memilih jalan masing-masing untuk melanjutkan ke sekolah yang berbeda. Ia memilih masuk SMP, dan saya memilih menjadi santri pada sebuah Pondok Pesantren. Namun persabahatan saya dengannya tak pernah putus. Setiap kali saya main ke rumahnya, saya sudah seperti di rumah sendiri. Begitupun sebaliknya. Kalau dia main ke rumah saya, saya tak pernah membuatkan air minum untuknya. Saya minta dia buat sendiri. Mau masak mie rebus pun, juga saya suruh ia membuatnya sendiri di dapur. Sikap saya itu karena saya sudah menganggapnya sebagai keluarga sendiri, lebih dari sekedar kawan.

Belakangan ini, setiap kali saya berjumpa dengannya, Noel selalu menyinggung atau membanding-bandingkan perbedaan nasibnya dengan saya.

“Elo mah enak ya Fan. Lo kuliah, gua enggak. Dan sekarang ketauan hasilnya. Lo lebih hebat dari gua. Antara kita seperti langit dan bumi. Gua aja masih luntang lantung, eh lo dah berpetualang kemana-mana,” katanya mendayu.

Mendengar nada bicaranya seperti itu, saya meresponya dengan panjang lebar.

“Ah jangan begitu donk ngomongnya. Nasib itu ada di tangan Tuhan. Yang penting kita dah ikhtiar semaksimal mungkin. Hidup itu berputar. Kadang kita bisa di bawah, dan kadang bisa di atas. Begitupun sebaliknya."

"Emang gua akui seh, hidup di kota besar seperti Jakarta, sepertinya titel itu amat penting. Tapi lo juga harus lihat, bahwa itu semua bukan jaminan. Banyak kok teman-teman gua yang kuliah, ternyata setelah lulus masih juga menganggur. Nah…kan dah gua bilang berkali-kali. Yang penting sekarang itu adalah skill. Nah sekarang bagaimana supaya lo bisa punya skill untuk bersaing di dunia kerja atau usaha, yang akhirnya bisa mengkatrol hidup lo.”

“Menurut gua, banyak skill di masyarakat yang bisa lo dapat tanpa harus lo tempuh melalui kuliah. Misalnya skill mengoperasikan komputer. Kan dah gua bilang dari dulu-dulu. Tuh komputer di rumah gua nganggur. Mau program apa yang lo mau bisa? Pasti gua ajarin. Gua pinjamin bukunya. Eh lo nya aja yang agak malas-malasan.”

“Tuh.. lo lihat si Dudu (nama samaran). Dulu dia gak bisa apa-apa soal komputer. Tapi karena dia semangatnya tinggi, gua pun juga semangat untuk bagi-bagi ilmu sama dia. Mulai dari software sampai hardware, gua ajari dia. Sekarang karena dia trus rajin mengembangkan diri, akhirnya dia lebih hebat ilmu komputernya dari gua. Dan dia bisa hidup dari situ. Nah itu hanya satu contoh dari sekian banyak skill yang bisa kita dapat tanpa harus kuliah. Yang penting kuncinya, lo punya semangat, dan mau memperluas pergaulan. Artinya lo harus pandai bergaul. Sehingga banyak kawan yang lo bisa ambil ilmunya dan pengalamannya.”

“Satu hal lagi. Bersikap low profile itu penting. Jangan sekali-kali arogan atau tinggi hati. Kalo kagak, susah untuk lo mendapatkan banyak kawan atau orang yang bisa membantu lo.”


******
Begitulah sisi kehidupan dari sobat kental saya yang satu ini. Dia telah mendahului saya, meninggalkan masa lajangnya. Sementara saya, saat ini masih gundah gulanah memantapkan pilihan hati menentukan bidadari mana yang akan menjadi pendamping hidup saya kelak.

Oke sobat… di blog ini aku mau mengucapkan:

“Selamat Menempuh Hidup Baru.
Semoga Bahtera Rumah Tanggamu
Dapat Kau Bawa ke Dermaga Keabadian.
Doakan agar Aku Segera Menyusul Mu.
Ingat, Cukup Isteri Saja Ya”



By: Fan el Kindy

Depok, 14 Maret 2007