Thursday, August 21, 2008, posted by Van Elki at 00:16
Seketika kemelut terjadi di depan gawang lawan. Rekan setim saya sedang menguasai bola, dan berusaha mendobrak pertahanan lawan dari sayap kanan. Saya berusaha mencari posisi yang tepat di depan gawang lawan. Tiba-tiba bola meluncur datar ke arah saya, dan saya pun tak kalah sigap menyambutnya. Tembakan ‘first time’ keras kaki kanan saya lepaskan. Bola pun melesat cepat ke pojok kanan bawah gawang lawan. Kiper lawan terkecoh. “Gol...” gumam saya dingin.

Saya tak merayakan gol yang indah itu dengan selebrasi yang meluap-luap. Tapi cukup dengan bertepuk tangan tiga kali saja. Lagi pula, pertandingan itu hanya sessi latihan. Namun bukan berarti saya tak bergembira. Sebaliknya, saya sangat senang. Ternyata naluri saya mencetak gol belumlah hilang, meski cukup lama saya tak pernah lagi bermain bola.

Gol yang saya ciptakan itu, terjadi dalam sebuah latihan futsal (sepakbola di lapangan kecil) yang saya ikuti bersama teman-teman saya di suatu perkumpulan supporter Persikad Depok sejak dua bulan terakhir ini. Hampir setiap satu minggu sekali jadwal latihan futsal saya ikuti, selama 1 sampai 2 jam, dari jam 8 atau 9 malam.

Hasilnya lumayan. Badan saya terasa agak lebih segar dan berisi. Stamina saya pun kian bertambah kuat untuk bermain di atas durasi 10 menit. Padahal pada hari latihan pertama dan kedua, saya hanya sanggup bermain tidak lebih dari 5 menit. Bahkan sempat mual-mual. Sayang, target saya untuk mengempeskan berat badan belum maksimal. Jarum timbangan badan di kamar saya hanya menunjuk angka 66 Kg, alias turun 3 Kg dari sebelumnya. Hehe..

Sepakbola
Sejak kecil saya sangat menyukai sepakbola. Ayah saya sering membelikan bola karet dan kulit untuk saya. Saat keluarga saya pindah ke Depok, kebetulan di dekat rumah terdapat lapangan bola yang cukup besar. Tiap hari saya bermain bola bersama kawan-kawan. Dan sejak kecil pula, saya sudah menikmati indahnya permainan sepakbola di televisi. Hampir semua siaran langsung Piala Dunia 86 di Meksiko, yang saat itu disiarkan TVRI juga tak ketinggalan saya lewati. Karenanya, partai final Argentina vs Jerman Barat amat berkesan dalam hidup saya. Sejak itu, saya menjadi pengagum berat Maradona, dan tim nasional sepakbola Argentina.

Saya merasa tehnik dan permainan sepakbola saya biasa saja. Tidak hebat seperti kawan-kawan saya dalam gocek menggocek. Skill saya hanya sebatas mengkontrol bola, mengumpan, berlari, dan menendang keras dengan kaki kanan. hehe..

Itulah, makanya saya tak pernah jadi prioritas masuk line-up (tim inti) setiap kali tim saya ikut kompetisi dalam turnamen tarkam (antar kampung).

Tapi sewaktu kuliah, saya selalu menjadi line-up mewakili tim sepakbola kelas saya. Posisi yang saya mainkan adalah back kanan. Di tim ini saya ikut membawa tim kelas saya dua kali menjadi juara satu di turnamen Pekan Olahraga Fakultas Hukum. Yakni sebuah turnamen yang menggelar perlombaan olahraga antar seluruh kelas di Fakultas Hukum di kampus saya, yang biasanya diadakan setelah ujian akhir semester genap. Meski turnamennya cuma sekelas itu, tapi itu sudah cukup membanggakan buat saya. hehe..
 
Friday, August 15, 2008, posted by Van Elki at 21:50

Belakangan ini, naluri menulis saya di blog sudah terasa tumpul. Saya kehabisan ide untuk menulis tema-tema ringan. Kalau pun ada, saya agak ngos-ngosan untuk menyusun kata demi kata, serta kalimat demi kalimat yang penuh dengan gaya bahasa yang bisa memikat.

Saya tak tahu kenapa bisa begitu. Barangkali memang, selama ini saya lebih banyak membaca dan menulis dokumen yang bersifat formal, seperti somasi, gugatan, eksepsi, pledoi, legal opinion, artikel dan tulisan lain yang berkaitan dengan proses hukum. Sementara tulisan-tulisan ringan seperti feature dan novel hampir tak pernah saya baca. Ya barangkali memang saya harus banyak membagi waktu untuk membaca dan menulis tema-tema ringan. Karena dengan begitu, hasil tulisan kita akan lebih memuaskan. Seperti yang dibilang Gunawan Muhammad. “Menulis itu latihan, bukan teori.”

Saya salut dengan para blogger perempuan. Beberapa di antaranya memiliki bakat menulis yang kuat. Salah satunya adalah pemilik blog ini. Kian hari saya perhatikan cara penyajian tulisannya makin asyik untuk dibaca. Kosa kotanya mulai kaya varian dan diksi. Salutlah pokoknya.

Nah Tulisan di bawah ini, merupakan upaya saya untuk kembali mengasah ujung pena saya.

-----------------------

Menjenguk Paman yang Sakit

Pria dihadapan saya pada Rabu sore itu adalah salah seorang paman saya. Dia terbaring di atas tempat tidur dalam ruangan rawat inap pada sebuah rumah sakit di Depok. Suhu badannya panas. Selimut tipis membalut seluruh tubuhnya. Sesekali suara erangan menahan sakit keluar dari mulutnya. Dan tak banyak cakap yang ia ungkapkan kepada saya. Dahi saya berkerinyit, mata saya memicing. Saya tak tahan melihat kondisinya yang sedang melawan sakit itu. Karena saya jadi teringat betapa dulu menderitanya saya saat melawan malaria menggrogoti tubuh ini.

Menurutnya, Dokter mendiagnosis ia terkena virus tipes (thypus). Tapi saat saya tanya mengenai data rincian hasil pemeriksaan darah, ia mengaku belum menanyakan kepada Dokter, dan Dokter pun juga hanya sebatas memberitahukan informasinya secara general saja, tanpa merinci penjelasannya.

Kepadanya saya mengingatkan, agar meminta penjelasan kepada dokter mengenai apa saja yang tidak normal dari hasil pemeriksaan darah. Sehingga dapat diketahui indikator-indikator penyakitnya. Misalnya, apakah trombosit, hb, anemia, titer widal, dan sel darah putihnya dalam keadaan normal atau tidak.

Maklum, RS ini menurut saya agak kurang gesit dalam mendiagnosis penyakit pasiennya. Karena saya punya pengalaman buruk dengan pelayanan RS ini. Pada sekitar bulan Juli 2007 lalu, saya dirawat inap selama 5 hari di rumah sakit ini. Oleh Dokter, saya divonis kena demam berdarah. Setelah indikasi sakitnya mulai reda, saya diperbolehkan pulang. Namun satu minggu kemudian, kondisi saya kembali memburuk. Justru saya didiagnosis kena malaria tersiana. Untung saja, saya pake ansuransi, sehingga tak terlalu pusing dengan pembiayaan yang akhirnya cukup banyak keluar, karena tindakan medis yang sebelumnya salah.

Inilah praktik dalam dunia medis kita. Sebagai pasien, kita selalu dihantui oleh praktik dokter yang cenderung berorientasi mengeksploitasi sakit pasien ketimbang memprioritaskan penyembuhan pasien. Untunglah kita sudah punya Undang-undang Kedokteran yang setidaknya sudah memberikan jaminan proteksi kepentingan pasien. Meskipun secara praktik, tentu saja masih banyak kelemahannya.
 
Sunday, August 10, 2008, posted by Van Elki at 23:02
Tidak ada yang paling patut untuk kita syukuri kepada Tuhan, kecuali memanjatkan puja puji syukur pada-Nya yang telah membuat kita masih bisa menghirup nafas sampai detik ini.

Hari ini, tepat sudah tiga dasa warsa perjalanan hidup ku di muka bumi.

Semoga Tuhan memberikanku umur yang panjang, kesehatan, keselamatan, rezeki yang halal dan cukup. Dan tentu yang paling penting, semoga di usia saat ini, Tuhan memberikan keberanian dan melapang jalanku untuk mengakhiri masa lajang. Amin... :D