Sunday, December 16, 2007

Memoar Dari Tanah Dewata

13 Des 2007
Pantai Seminyak-Kuta


Hampir delapan tahun saya tak menginjak kaki di pulau dewata. Setelah kunjungan pertama pada 16 Maret 2000 silam, baru kali ini saya kembali lagi menyambangi provinsi yang menjadi icon wisata Indonesia di mata dunia itu.

Selasa kemarin, 11/12/2007, saya berada di Denpasar - Bali. Sayang, hanya beberapa hari saja. Sehingga tak banyak waktu untuk ‘menjilati’ pesona alam Bali.

Di mana-mana, kesan pertama selalu lebih indah dari kesan kedua. Perjalanan pertama saya ke Bali tahun 2000 silam melalui jalur darat, lebih berkesan ketimbang perjalanan kali ini melalui udara. Mengapa?

Karena saya bisa menikmati detik demi detik, seluk demi seluk, dan jengkal demi jengkal, menghirup perlahan-lahan aroma tanah Bali. Mulai dari Gilimanuk, dan berakhir di Denpasar.

Apalagi, saya tiba di Denpasar menjelang matahari terbit. Suasana pagi di terminal antar kota di Denpasar, dengan ditemani secangkir kopi di sebuah kedai, terasa khidmat sekali berada di Bali di hari pertama.

Tidak kali ini. Saya tiba di Denpasar melalui Bandar Udara. Malam pula. Tak ada yang berkesan. Kecuali paginya, tatkala bangun tidur, di hadapan saya sudah terbentang luas pasir putih dan alunan ombak pantai seminyak – kuta.

Bali memang tanah penuh pesona. Seluruh lekuk bagian tanahnya, tak ada yang tak istimewa untuk bisa dinikmati. Termasuk arak-nya yang tak pernah saya lupakan, karena pernah membuat tenggorokan saya seperti terbakar. Saya beruntung. Delapan tahun silam, saya sudah menelusuri 3/4 pulau ini. Mulai dari Gilimanuk, Denpasar, Kuta, Sanur, Nusa Dua, Ubud, Bangli, Kintamani, Karang Asem, dan Singaraja. Dan beruntung pula bisa menikmati suasana Nyepi di Bali.

Saya berkhayal, kelak bisa berbulan madu dengan sang isteri tercinta di Bali. Seorang kawan lama, yang juga pemilik penginapan di Ubud, sejak kini sudah saya tagih untuk memberikan kado nikah dengan memfasilitasi bulan madu saya di Ubud nanti.

Semoga. :)

Monday, November 19, 2007

Seulanga

Di antara lagu Aceh yang gw suka, di antaranya adalah lagu Seulanga yang dinyanyikan secara memukau oleh Rafly, penyanyi populer di Aceh. Seulanga adalah nama sebuah bunga dalam bahasa Aceh. Lagu ini bercerita ttg seorang perempuan cantik spt laksana bunga seulanga yg sedang mekar mewangi. Yang kemudian diganggu oleh kumbang. Namun sangat disayangkan, bila pada waktunya bunga seulanga akan tetap layu.

Menurut gw seh, lagu ini sebenarnya ingin memberikan pesan kepada kaum perempuan. Bahwa kecantikan yg dimiliki seorang perempuan adalah semu. Karena pasti suatu masa, kecantikannya itu akan hilang. Karena itu, perempuan jangan tinggi hati memiliki anugerah dari Tuhan dgn tubuh yang cantik. Jadi kalo ada cowok yg mau ngajak kencan, jgn sok jual mahal degh... Begitu kira2 maksud dari lagu ini. hehehe..





Lirik Seulanga


Na bungong Seulanga Keumang saboh bak tangke
Ada setangkai bunga Seulanga yang sedang mekar
Mubee harom hai sayang didalam taman
Sangat harum baunya di dalam taman
Tatem beutatem sibu bungong ngak luhu (2x)
Hendak kita siram agar tetap mekar (2x)
Oh kalayee tho krang seulanga nyan gadoh mangat bee (2x)
Jika sudah layu dan kering maka bunga seulanga akan hilang harumnya

Wahe bungong ceudah hana ban
Wahai bunga yang sangat indah
Tamse nyak dara nyang canden rupa
Seperti seorang gadis yang sangat cantik
Diteuka bana dijak peuayang
datanglah kumbang untuk mengganggu
uroe ngon malam bungong didoda
Siang dan malam bunga di nina bobo

Sayang-sayang leupah that sayang
Sangatlah disayangkan
Oh troh bak watee bungong pih mala
Jika sudah sampai waktu maka bunga akan layu
Ka habeh duroh bak tangke leukang
Jatuh berguguran dari tangkainya
Keubit that sayang naseb Seulanga
sangatlah sayang nasib bunga seulanga

Friday, November 16, 2007

Kesaksian

"Banyak orang dirampas haknya... Aku bernyanyi menjadi saksi...."

Makanya...

Disini Aku Bernyanyi Menjadi Saksi......


Iya atau Tidak?

"Jawab nona dengan bibir mu, iya atau tidak itu saja.....!", itulah sepotong lagu Iwan Fals. Liriknya top banget buat kita pinjam untuk menyatakan cinta kita kepada seorang cw. hehe... Karena kata-katanya sangat gagah dan penuh tebar pesona... Betulkan bu..? :D


Donna-donna

Clip dari film gie ini juga bagus.. gw suka banget.

Romantisme Hindi Movie and Song.

Clip ini adalah potongan dari film India yang sering gw tonton dulu pada waktu duduk di bangku SD. Saat utak-atik Youtube, gw temuin beberapa klipnya. Ehm... asyik juga ternyata untuk dilihat lagi dan didengar lagunya. Aduh.. gw baru ingat, kalo dulu ternyata gw pecandu berat film-film India. Kalo sekarang? Woow boro-boro degh men..! Dah pindah haluan coy ke Hollywood. Dulu Sridevi, sekarang Jennifer Aniston. Dulu Mithun, sekarang Mel Gibson. Hehe.. :D

Watan Ke Rakwale


Sunday, November 04, 2007

Mendampingi Kawan Meminang

Hari Sabtu lalu (03/11/07), adalah hari paling tercepat - 5.30 WIB - sy bangun dari tidur. Pagi itu, sy sudah janji memenuhi ajakan si MS, salah seorang kawan karib, yang juga sobat junior di kampus. Hari Sabtu itu, adalah hari sejarah baginya. Karena di hari itu ia akan menemui orang tua yang anak gadisnya akan dia pinang menjadi “teman hidupnya” hingga akhir hayat.

Sebagai sohib kentalnya, dia minta sy bisa menemani acara lamarannya ke TNG. Sy pun menyanggupi. Hitung-hitung sekalian untuk modal pengalaman diri, karena kelak sy akan menghadapi juga apa yang ia alami saat ini.

Pagi jam 6.30 hari Sabtu itu, hp berdering. Si MS menelepon. Ia minta sy lebih cepat tiba di rumahnya. Karena ia ingin briefing sy jadi juru bicaranya dalam peminangan nanti. Sebab orang yang sudah ditunjuknya, ternyata mendadak tak dapat hadir. Pikiran sy langsung kacau. Sebab malamnya, seorang kawan mengingatkan, untuk jangan sekali-kali menjadi jubir dalam acara peminangan kalau belum pernah menikah. Karena pasti akan lama menikahnya. Mitos yang dikatakan kawan sy itu benar-benar mengganggu pikiran pagi itu.

Akhirnya sy putuskan tetap menyanggupi menjadi jubir. Toh soal jodoh, sy percaya Tuhan yang punya kehendak atas semua ikhtiar yang sudah kita lakukan. Seperti yang dikutip seorang blogger sobat sy, “kita tidak akan menikah dengan pacar kita, teman kita, atau orang yang kita kenal baik, tetapi kita akan menikah dengan jodoh kita.”

Acara lamaran sobat sy pun berjalan lancar dan sukses. Tanggal resepsi berhasil dicapai kata sepakat antara dua pihak keluarga besar.

Namun dalam perjalanan menuju TNG, sempat terhambat oleh insiden kecil. Karena salah satu mobil rombongan ditilang Polisi. Perdebatan sengit antara supir dan Polisi pun terjadi. Sy yang ada di mobil lain, turun menghampiri Polisi yang menilang. Si Polisi ini memiliki postur cukup tinggi dan kekar. Dari warna kulitnya, sy terka Polisi ini adalah orang Papua. Tak banyak argumen yang sy lontarkan, kecuali hanya ucapan minta maaf dengan menggunakan logat Papua yg sy kuasai dan sembari memperkenalkan diri dengan sebuah kartu identitas. Alhasil, STNK dan SIM si supir dikembalikan. Gak ada surat tilang yang saya terima, dan gak ada uang damai sepeser pun yang dikeluarkan. Hehehe… “This moment is the third of my success story” dalam melobby Polantas. Ya begitulah cara advokat muda yang sedang belajar menguasai ilmu lobby melobby. Hehe..

Ok kawan. Sukses buat acara lamaran kau…! Semoga resepsinya nanti juga sukses ya..! Doakan abang mu pasti menyusul! Entah kapan, pokoknya tak usah lah kau pikirkan. Awak yakin pasti bisa… Apa kata dunia nanti kalo awak gagal. Pasti, pengalaman sukses melobby Polantas, akan awak juga jadikan modal skil melobby hati seorang gadis dan orang tuanya. Hehe…

Saturday, October 13, 2007

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1428H

Kepada semua sobat-sobat ku yang Muslim, saya mengucapkan:
“Selamat Hari Raya Idul Fitri 1428 Hijriyah. Semoga amal ibadah (Puasa) kita diterima oleh Allah SWT. Dan kita dapat terlahir kembali menjadi orang yang suci laksana anak manusia terlahir ke dunia.”

Kepada semua sobat-sobat ku, baik yang Muslim dan Non-Muslim, saya mengucapkan:

“Jika ada kata yang menghujam hati, sikap yang meninggalkan luka, dan janji yang terabaikan, saya mohon maaf lahir dan bathin”.

Salam

Fan el-Kindy




Kartu Lebaran 2

Tuesday, August 28, 2007

Journey to Wondama (2)

My galery picts still at Wondama Bay - Papua Island. I love Papua.


Pict 1
Pict 9 Wasior Moment

Pict 2
Pict 10 Wasior Moment

Pict 3
Pict 12 Wasior Moment

Pict 4
Pict 13 Wasior Moment

Pict 5
Pict 11 Wasior Moment

Pict 6
Pict 14 Wasior Moment
Manokwari Beach

Wednesday, August 22, 2007

Journey to Wondama Bay Regency

Oktober 2006 lalu, adalah perjalanan paling mengesankan berada di tanah Papua. Tepatnya perjalanan ke Wasior, ibukota Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. Perjalanan menempuh waktu 15 jam dari pantai Manokwari dengan menggunakan Jhonson.

Jhonson adalah sebuah perahu nelayan dengan kapasitas mesin 16 PK. Ukurannya sangat kecil. Kapasitas penumpangnya hanya 10 orang. Perahu ini tidak memiliki atap. Praktis, bisa membuat nasib penumpangnya kepanasan dan kehujanan. Dan perahu ini bisa dijungkalkan dengan ombak setinggi 70 cm.

Dengan kamera Kodak Z612 dan skil photografi ala kadarnya, sy berusaha untuk mendapat gambar2 dengan angle yg good. Yah sekedar otodidak.


Pict 1
Sunrise di Pantai Manokwari
Pict 1 Wasior Moment

Pict 2
Pict 2 Wasior Moment


Pict 3

Pict 3 Wasior Moment


Pict 4


Pict 4 Wasior Moment


Pict 5
My Friends

Pict 5 Wasior Moment


Pict 6
Titanic Style

Pict 6 Wasior Moment


Pict 7

Pict 7 Wasior Moment

Klik gambar, untuk gambar ukuran besar.

Thursday, August 02, 2007

Kenangan Melawan Gigil Oleh-oleh dari Papua

Pagi itu, dunia masih diselimuti kegelapan, meskipun ayam sudah berkokok dengan semangatnya, seolah mengabaikan kenyataan bahwa matahari belum juga menampakkan wajahnya. Dalam suasana yang sepi dan dingin ini, aku berjuang sekuat tenaga untuk bangkit dari tidur yang penuh mimpi buruk. Dengan gerakan yang lebih mirip pertarungan, akhirnya aku berhasil berwudhu dan berdiri di atas sajadah. Shalat Subuh, yang penuh khusuk, terasa seperti dialog intim dengan Tuhan, di mana air mata tak tertahan mengalir deras, menetes seperti hujan yang jatuh tak terduga.

Hari itu, Selasa pagi, 26 Juni 2007, menjadi hari yang menandai perjalanan emosional yang mendalam. Dalam doa usai shalat, aku memohon ampunan Tuhan atas segala dosa dan merengek agar penyakit yang menimpa tubuhku segera diangkat. Penyakit yang kuceritakan ini adalah malaria—musuh tak kasat mata yang telah membuatku menangis dalam doa dengan intensitas yang belum pernah kukenal sebelumnya.

Lagi-lagi Malaria….!

Ampun-ampun deh sama penyakit yang namanya malaria. Gak hilang-hilang di tubuh ini. Kambuh-kambuhan terus. Kalo lagi nyerang, wuih… badan menggigil, tubuh panas, kepala berat, mual, dan muntah-muntah. Pengen mati aja rasanya.

Terpaksa akhirnya dalam 1 bulan, dua kali masuk rumah sakit. Terakhir, tanggal 18 Juli lalu gw harus rela dirawat inap di St Carolus, dan baru keluar tanggal 23 Juli. Ya, 6 hari 5 malam ada di rumah sakit.

Enak? Aduh jangan tanya deh. Namanya juga di rumah sakit. Semua serba terbatas. Makanannya gak bersahabat di perut gw. Udah ah, kapok masuk rumah sakit. Semoga badan ini terus sehat.

Penyakit malaria ini dah bikin gw kapok ke Papua lagi. Dan gw gak mau ke Papua dalam jangka waktu lama lagi.

Ya Allah… Lindungi dan sembuhkan hamba dari segala penyakit. Amin….

Sunday, July 01, 2007

Photo-photo - Edisi 1 Juli

Menikmati senja di Losari

Pict 1.

CIMG6805

Pict 2.

CIMG6813


Pict 3.

Timika, 21-31 Mei 2007

DSC08361


Pict 4.

My Bro, Boas in Timika 21-31 Mei 2007

DSC08360

Dahsyatnya Malaria…!

Hari masih gelap. Meski ayam sudah berkokok. Belum ada tanda matahari terbit. Waktu Shubuh masih ada. Dengan sekuat tenaga saya bangkit dari tidur. Dengan tergopoh-tergopoh akhirnya dapat juga berwudhu, dan kemudian berdiri di atas sajadah. Shalat shubuh pun saya tunaikan. Rasanya ini shalat shubuh yang paling khusuk saya lakukan. Sepanjang shalat air mata saya menetes. Saat membaca doa usai shalat, air mata pun menetes lebih deras lagi. Air mata yang menetes deras ini adalah sesuatu yang tak pernah terjadi sebelumnya selama hidup.

Ya begitulah fakta yang terjadi pada hari Selasa pagi, 26 Juni 2007. Dalam doa usai shalat itu, saya memohon Tuhan untuk mengampuni semua dosa, dan mencabut penyakit yang sedang mendera tubuh saya. Ya, penyakit. Penyakitnya tak lain adalah malaria.

Bisa dibayangkan betapa dahsyatnya penyakit ini yang telah membuat saya harus menangis terisak-isak dihadapan Tuhan. Sebelumnya saya tahu kedasyatan penyakit ini dari kabar saja. Tetapi setelah merasakannya sendiri, ampunnya minta ampun. Sampai-sampai saya harus menangis hebat saat berdoa usai shalat.

Awalnya saat berada di Makassar pada tanggal 7 Juni pukul 00.00, badan mulai terasa dingin menggigil. Paginya suhu badan mulai normal. Namun malamnya, pukul 08.00, panas dingin kambuh lagi. Tapi dapat diredakan dengan paracetamol. Paginya, Jumat 8 Juni, lagi panas dingin kembali menguap. Kali ini diikuti oleh rasa mual tak nafsu makan.

Untunglah ada seorang sobat baik di Makassar yang meminjamkan kamar tidurnya kepada saya untuk saya pakai istirahat sampai menjelang keberangkatan kembali ke Jakarta pada sore harinya.

Di bandara Hasanuddin, muntah pertama kali terjadi. Lalu di dalam pesawat muntah-muntah lagi. Sepanjang penerbangan itu adalah penerbangan yang paling menderita. Pada perjalanan dari bandara Soekarno-Hatta ke rumah juga kembali muntah-muntah. Aduh benar-benar minta ampun. Saya sudah seperti orang telah meminum racun.

Esok paginya, Sabtu 8 Juni 2007, saya langsung ke dokter. Diagnosa dokter sederhana, saya divonis maag. Sampai hari Senin, kondisi tubuh normal, mulai sehat. Selasa dini harinya, badan mual-mual, panas dingin hebat terjadi. Sampai siang hari jam 13.00an saya baru bisa bangun. Rabu sore esoknya, 13 Juni, akhirnya saya kembali ke dokter. Hasil tes darah, saya divonis terkena DBD (Demam Berdarah Dungue). Trombosit terdeteksi hanya 44.000 Ml dari normal 150.000 Ml. Dan disarankan malam itu juga segera masuk rumah sakit dan rawat inap.

Terpaksa saran dokter harus diikuti. Tangan pun langsung diinpus. Ini pula pengalaman pertama kali diinpus. Alhasil 5 malam menginap di rumah sakit. Hari Senin 18 Juni, Dokter mengizinkan pulang. Alasannya, Trombosit saya mulai naik.

Sepulang dari RS, ternyata hanya segar sesaat. Dua hari kemudian demam kembali. Tambah hebat. Kali ini disertai rasa mual dan muntah. Makanan yang masuk mulut, kembali keluar dari mulut. Kepala pun berat. Badan lemas.

Senin 24 Juni, saya kembali ke dokter dan periksa kembali tes darah. Kali ini saya minta untuk secara khusus meneliti malaria dalam tubuh saya. Hasilnya, seperti dugaan saya. Ditemukan positiv terdapat parasit Plasmodium Falciparum alias malaria tropika di dalam tubuh saya. Muka saya langsung pucat mengetahui ini. Malaria tropika adalah jenis malaria yang paling ganas dan dapat menyebabkan kematian.

Tak menunggu lama, 3 tablet Fansidar langsung saya minum untuk mendepak malaria dari tubuh ini. Ditambah air sisa rebusan daun pepaya 1 gelas penuh saya tenggak habis, meski pahitnya minta ampun. Hasilnya alhamdulillah, puji Tuhan, kondisi saya mulai membaik. Dan semoga semakin membaik.

*****
Apa itu malaria?

Tak banyak orang tahu mengenai karakter penyakit satu ini. Paling hanya mendengar namanya saja. Malaria sebenarnya adalah penyakit yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. Gigitan nyamuk ini yang kemudian menimbulkan 4 jenis parasit dalam tubuh manusia. Di antaranya:
1. Plasmodium Falciparum: Malaria Tropika.
2. Plasmodium vivax: Malaria Tertiana.
3. Plasmodium malaria: Malaria Quartana.
4. Plasmodium Ovale: Malaria yang banyak terjangkit di kawasan Afrika

Malaria tropika adalah malaria yang jenisnya paling terberat. Gejala-gejala klinis dari penyakit ini adalah:
- Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
- Nafsu makan menurun.
- Mual-mual dan kadang diikuti muntah.
- Sakit kepala yang berat, terus menerus.
- Diare.
- Melewati fase gejala klasik, yaitu:
o Stadium dingin
o Stadium demam
o Stadium berkeringat

Malaria Tropika berpotensi mematikan. Karena ia menggrogoti fungsi darah. Ketika darah tak berfungsi maka jantung pun terganggu. Otak pun terganggu dan bakal kehilangan oksigen. Saat itu lah si penderita akan mengalami stress bahkan gila. Dan selanjutnya, death….!

Ya, kira-kira begitulah sekilas fase-fase yang saya lewati saat malaria datang menyekap tubuh ini, sebelum akhirnya dapat dijinakkan. Bagi yang belum pernah, berdoalah, jangan sampai pernah merasakannya. Sekali merasakannya, anda pasti akan berpikir untuk mengakhiri hidup anda. Hehehe…


Terimakasih buat orang-orang yang sudah begitu baik memberikan perhatiannya kepada saya selama sakit. And, spesial thanks for my friend in Makassar.

Sunday, May 13, 2007

Kini Saatnya…!

Puja puji Tuhan menciptakan manusia
dengan segala kesempurnaan

Sungguh…
Lelaki tersial adalah mereka yang tak pernah merasakan cinta dan sayang

Sungguh…
Lelaki tersial adalah mereka yang tak bisa memberikan kasih dan sayangnya kepada seorang perempuan

Sungguh…
Lelaki tersial adalah mereka yang tidak tahu kepada perempuan mana akan diberikan cinta dan sayangnya

Sungguh…
Lelaki tersial adalah mereka yang cinta dan sayangnya tak bersambut di lubuk hati seorang perempuan

Tuhan…
Terimakasih, kau telah menciptakan ku dengan sifat-sifat yang melekat dengan sifat-sifat Mu yang Maha Pencinta, Pengasih dan Penyayang

Rasa cinta dan sayang dalam diriku
Adalah wujud betapa hebat keagungan Mu

Wahai angin yang menebarkan kabar…!

Kabarkan gelisahku ini kepada seorang juwita nun jauh disana…

Kabarkan padanya…
Aku menuntut pertanggungjawabannya
Karena pesonanya, hatiku terkapar dalam buaian cinta
Karena keanggunannya, hatiku terpenjara rindu

Duhai juwita terkasih
yang telah menikam hatiku dengan badik-badik cintamu

Terimakasih telah membuka gerbang cinta mu untuk ku
Semoga kamu tak sekedar menjadi pelangi,
Tetapi menjadi matahari hidupku

Kini saatnya…
Kan ku akhiri masa pencarian
Kan ku tamatkan masa petualangan

Dan ingin rasanya tiba pada satu masa,
Aku berani memasangkan cincin di jari manis lentik mu

Depok - 13 Mei 2007

Monday, April 23, 2007

Senja di Kaki Gunung Salak

Terinspirasi oleh sebuah blog yang pemiliknya seorang mahasiswi di kota Angin Mamiri, kali ini ingin latah-latahan unjuk kemampuan dalam hal potret-memotret dan editing photoshop hasil karya sendiri... Yach sekedar untuk mengasah skill editing dan naluri motret...

Maka pada suatu sore, tanggal 31 Maret 2007, dengan kamera pinjaman "Kodak Easy Share Z612 - 6.1 Mega Pixel" milik seorang senior, hunting gambar pun dikejar. Kebetulan saja melewati sebuah daerah di pedalaman kota Depok, yang dari daerah itu terlihat pemandangan kaki Gunung Salak. Hunting photo ini hanya seorang diri, tapi cukup enjoy.

Dan inilah hasilnya.


But i want to say, special thx a lot to "ERP" (:x) for your inspiration and tutorial (Terimakasih Bu Guru...! hehehe...) :

Photo 1.


Senja di Kaki Gunung Salak 4

Photo 2

Senja di Kaki Gunung Salak 1

Photo 3.

Senja di Kaki Gunung Salak 3

Photo ini diambil dengan cara "otomatic shoot" dengan limit 10 detik. Terpaksa harus segera berlari-lari agar tidak kehilangan moment... (hehehe...)

Photo 4.

Senja di Kaki Gunung Salak 2

Seperti photo 3, masih menggunakan "otomatic shoot"

Catatan: Untuk melihat gambar lebih detail, silakan mengklik gambar...

Wednesday, March 21, 2007

Tips Naik Pesawat di Indonesia

Tulisan yang saya posting ke dalam milis komunitas alumni ini dalam rangka lanjutan dari tulisan sebelumnya, yaitu: Hanya Orang Sukses yang Naik Garuda.
__________________

Tips Naik Pesawat di Indonesia

Iya tuh bung fulan...

Emang kalo kebetulan dapat pesawat delay lebih baik mengerut dada aja deh. Pasti ada hikmahnya kalo dipikir-pikir. Waktu itu, saya juga pernah ketinggalan pesawat. Awalnya gerutu, dan "ngamuk-ngamuk" sama kru maskapainya. Eh ternyata benar ada hikmahnya ketinggalan pesawat. Karena pesawat yang tadi kita mau naikin ternyata tergelincir saat mau take off. Untung deh ketinggalan pesawat. Hehehehe...

Oya tips buat semua anggota milis yang intensitas bepergian keluar kotanya tinggi dgn pesawat. Tips ini amat relevan dengan kondisi dunia penerbangan di Indonesia.

1. Jangan suka pindah bangku sembarangan. Karena posisi bangku, bisa dijadikan dasar untuk mengenali identitas mayat kita yang sudah dalam kondisi tidak dikenali lagi.

2. Jangan sering-sering terbang pakai identitas orang lain. Kasian ahli waris kita nanti, karena pasti ribet dengan urusan asuransi.

3. Rajin-rajinlah menulis surat wasiat sebelum naik pesawat. Misalnya, minta tolong sama sanak family, untuk tetap ngasih makan ikan di aquarium, juga kucing, burung, anjing dll, atau juga kasih titipan uang untuk isteri simpanan... kalo ada... hehehe...

4. Jangan lupa, pakai gelang, kalung yang terbuat dari logam. Gelangnya dipasang di tangan dan di kaki. Lalu dibuat tulisan nama kita dengan cara diukir atau dibikin hurupnya menjadi timbul. Tujuannya, biar kalo tubuh kita dah hangus kebakar, masih bisa dikenali.

5. Bawalah HP Satelit yg paling canggih. Jadi 10 menit sebelum pesawat yang anda naiki meledak di bumi... Segera nyalakan HP-nya, lalu SMS lah orang-orang yang anda kasihi.... Tapi singkat aja, jgn panjang-panjang. Kalo kepanjangan nanti keburu jatuh, tau...!

Isi sms-nya misalnya: "Adinda di Mks..... I LOVE YOU....!!!" atau "Ummi.... maafin ananda ya...!!!" Saya jamin, SMS anda tak akan pernah dihapus di HP-nya sampai kapan pun...

6. Jangan lupa, bawalah kompas (penunjuk arah), atau semacam alat GPS gitu lah. Siapa tau, anda bisa ikut membantu pilot pesawat anda untuk menentukan arah bandara yang dituju... Maklum, banyak pesawat yg suka nyasar... Hehehehe...

7. Yang terakhir, jangan lupa ucapkan "Allahu Akbar". Tapi harus tulus dan yakin ya... Maklumlah, biar pun saya tahu kalian kuliah di kampus muslim, tetap aja shalat kalian pada banyak yang bolong. Apalagi anak-anak jurusan Filsafat. .. tapi anak Fakultas Hukum/Syariah juga banyak seh... hehehehe...

Sekian tips dari saya.

Oya, saya ingatkan sekali lagi, tips ini tetap tak akan membantu menyelamatkan nyawa anda di atas pesawat. Karena sebagian nyawa anda, sudah anda titipkan ke tangan Pilot. Sisanya di tangan Tuhan.

Semoga tips ini bermanfaat.. ... hehehe..

Depok, 5 Januari 2007


Fan el Kindy



NB:
Buat seseorang yang merasa dirinya disebut pada salah satu bagian dari tulisan ini... Gak usah kaget ya... Karena tulisan ini sudah saya edit, untuk disesuaikan dengan konteks saat ini. Hehehehe... Gak marahkan..?

Iklan: Hanya Orang Sukses yang Naik Garuda

Tulisan ini saya posting ke dalam sebuah milis yang saya ikuti. Dibuat hanya sekedar untuk memperhangat diskusi aja, dan sekedar obrolan ringan di dalam milis.
______________________________


Iklan: Hanya Orang Sukses yang Naik Garuda


Tadi siang, lagi asyik dengarin radio Elshinta dan 68H, tiba-tiba sebuah spot iklan bikin saya keki....

Iklan dari maskapai penerbangan Garuda Airways ini, bisa bikin pendengarnya (mungkin termasuk anda-anda) antara dongkol, gerutu, dan tertawa juga, itu pun setelah direnungi... .

Kalimat dalam iklannya (kira-kira) begini:
"Ayo naik Garuda, hanya orang sukses yang naik Garuda"

"Sialan neh iklan, sombong amat seh," reaksi saya spontan. "Kalo orang gak naik Garuda, berarti bukan orang sukses donk..." Begitu kira-kira logika sinisnya merespon iklan tsb.

Setelah dipikir-pikir, lucu juga kalo logikanya dibalik-balik.

Emang seh benar juga, hanya orang sukses yg naik Garuda. Karena harga tiket Garuda kan muahal sekuaallliii, dibanding rivalnya, seperti Adam Air, Sriwijaya, Lion dan lain-lain. Dan hanya orang sukses yang bisa punya uang untuk beli tiket Garuda.

Terkait dengan masih hilangnya Adam Air rute Surabaya-Menado, KI 574, dan image Adam Air yang sering kali kecelakaan, semestinya kalimat iklan Garuda di atas perlu ditambahin lagi.

"Ayo naik Garuda. Hanya orang sukses, sekaligus orang pengecut (takut mati) yang naik Garuda....!"

Sementara untuk iklan Adam Air sebaliknya.

"Ayo naik Adam Air. Hanya orang melarat, sekaligus orang pemberani dan tak takut mati yang naik Adam Air....!"

Aduh... ironi ya dunia penerbangan kita...? Mau murah, tapi nyawa taruhannya....

Do'a kita... semoga pesawat Adam Air KI 574 dan 96 penumpang serta awaknya ditemukan selamat...

Oya, buat sobat ku semua, saya ucapin, Happy New Year, Happy Idul Adha, and Merry Crimast.


Depok, 3 Januari 2007


Fan el Kindy


Tulisan lanjutan....: Tips Naik Pesawat di Indonesia

Wednesday, March 14, 2007

Satu Persatu, Sobat-sobat Ku Tak Lagi “Perjaka”

Malam itu, 13 Maret 2007, saya sedang dikejar waktu. Sepeda motor yang saya tunggangi saya pacu melesat arah pulang ke rumah di kawasan Depok. Hujan rintik yang sudah mulai turun, menjadi alasan yang membuat saya harus memacunya cepat. Tiba-tiba Handphone CDMA saya berdering. Nadanya menunjukkan ada pesan singkat masuk. Sepeda motor yang tadinya melaju kencang, perlahan kecepatannya saya kurangi, dan saya tepikan di pinggir jalan. Saat HP dibuka, ternyata ada sebuah pesan singkat (SMS) dari seorang sobat lama di bangku Sekolah Dasar (SD) dulu.

“Fan, alhamdulillah. Gua udah nikah hari Sabtu lalu. Doain gua yach…?” katanya dalam SMS.

Bukan ucapan selamat yang saya lontarkan untuk menjawab pesan singkatnya. Tetapi,

“Yeee… Gimana seh, kok lo nikah gak bilang-bilang. Lo nikah dah kaya kucing kawin. Diam-diam aja. Gak diramein ya? Ato jangan-jangan lo dah bikin hamil tuh anak perawan orang. Ya udah, gua meluncur ke rumah lo sekarang juga..! Awas, jangan kemana-mana lo..!”

Begitulah balasan pesan singkat saya. Agak terdengar kasar isinya. Tapi itulah, ciri betapa kentalnya persahabatan saya dengan sobat yang satu ini. Isi SMS itu menunjukkan betapa marah saya kepadanya. Sebagai sobat kentalnya, saya merasa ia tak menghargai saya, ketika ia tidak memberitahukan rencana pernikahannya.

Sampai di rumahnya, marah saya belum hilang. Nada protes dan kekecewaan saya lontarkan kepadanya. Sehingga dengan susah payah dia meredakan kemarahan saya.

“Aduh Fan, maafin gua deh. Bukannya gua gak mau ngundang lo ato ngasih tau lo. Gua cuma gak mau ngerepotin lo aja. Itu aja kok,” katanya berdalih.

“Yeeee… lo gimana. Bukan apa-apa fren. Setiap kawan-kawan dekat gua yang merit, gua selalu ada di saat proses akad nikahnya berlangsung. Mengapa? Selain prosesnya yang gua suka karena kadang bikin merinding, tapi itu juga sangat positif untuk memotivasi gua untuk segera menyusul lo. Hehehe…,” tukas saya.

******
Sebut aja, kawan saya yang di atas tadi namanya Noel. Noel ini adalah sobat saya sejak pertama kali duduk di bangku SD. Artinya, kalau saya masuk kelas 1 SD pada tahun 1985, maka tahun 2007 ini, perkenalan saya dengannya sudah 22 tahun. Wow, sebuah waktu yang cukup lama bukan.

Banyak kenangan di masa SD bersamanya yang tak pernah saya lupa. Salah satunya adalah kenangan waktu saya dan dia berkelahi melawan 4 orang siswa SD lain yang menjadi musuh bebuyutan tawuran dengan SD saya. Waktu itu saya duduk di kelas 6. Meski 2 melawan 4, akhirnya kemenangan ada ditangan kami. Hehehe…

Ya, diantara banyak kawan di SD dulu, hanya dia satu-satunya yang masih terus bersahabat baik dengan saya. Meski sejak lulus SD di tahun 1991, saya dan dia memilih jalan masing-masing untuk melanjutkan ke sekolah yang berbeda. Ia memilih masuk SMP, dan saya memilih menjadi santri pada sebuah Pondok Pesantren. Namun persabahatan saya dengannya tak pernah putus. Setiap kali saya main ke rumahnya, saya sudah seperti di rumah sendiri. Begitupun sebaliknya. Kalau dia main ke rumah saya, saya tak pernah membuatkan air minum untuknya. Saya minta dia buat sendiri. Mau masak mie rebus pun, juga saya suruh ia membuatnya sendiri di dapur. Sikap saya itu karena saya sudah menganggapnya sebagai keluarga sendiri, lebih dari sekedar kawan.

Belakangan ini, setiap kali saya berjumpa dengannya, Noel selalu menyinggung atau membanding-bandingkan perbedaan nasibnya dengan saya.

“Elo mah enak ya Fan. Lo kuliah, gua enggak. Dan sekarang ketauan hasilnya. Lo lebih hebat dari gua. Antara kita seperti langit dan bumi. Gua aja masih luntang lantung, eh lo dah berpetualang kemana-mana,” katanya mendayu.

Mendengar nada bicaranya seperti itu, saya meresponya dengan panjang lebar.

“Ah jangan begitu donk ngomongnya. Nasib itu ada di tangan Tuhan. Yang penting kita dah ikhtiar semaksimal mungkin. Hidup itu berputar. Kadang kita bisa di bawah, dan kadang bisa di atas. Begitupun sebaliknya."

"Emang gua akui seh, hidup di kota besar seperti Jakarta, sepertinya titel itu amat penting. Tapi lo juga harus lihat, bahwa itu semua bukan jaminan. Banyak kok teman-teman gua yang kuliah, ternyata setelah lulus masih juga menganggur. Nah…kan dah gua bilang berkali-kali. Yang penting sekarang itu adalah skill. Nah sekarang bagaimana supaya lo bisa punya skill untuk bersaing di dunia kerja atau usaha, yang akhirnya bisa mengkatrol hidup lo.”

“Menurut gua, banyak skill di masyarakat yang bisa lo dapat tanpa harus lo tempuh melalui kuliah. Misalnya skill mengoperasikan komputer. Kan dah gua bilang dari dulu-dulu. Tuh komputer di rumah gua nganggur. Mau program apa yang lo mau bisa? Pasti gua ajarin. Gua pinjamin bukunya. Eh lo nya aja yang agak malas-malasan.”

“Tuh.. lo lihat si Dudu (nama samaran). Dulu dia gak bisa apa-apa soal komputer. Tapi karena dia semangatnya tinggi, gua pun juga semangat untuk bagi-bagi ilmu sama dia. Mulai dari software sampai hardware, gua ajari dia. Sekarang karena dia trus rajin mengembangkan diri, akhirnya dia lebih hebat ilmu komputernya dari gua. Dan dia bisa hidup dari situ. Nah itu hanya satu contoh dari sekian banyak skill yang bisa kita dapat tanpa harus kuliah. Yang penting kuncinya, lo punya semangat, dan mau memperluas pergaulan. Artinya lo harus pandai bergaul. Sehingga banyak kawan yang lo bisa ambil ilmunya dan pengalamannya.”

“Satu hal lagi. Bersikap low profile itu penting. Jangan sekali-kali arogan atau tinggi hati. Kalo kagak, susah untuk lo mendapatkan banyak kawan atau orang yang bisa membantu lo.”


******
Begitulah sisi kehidupan dari sobat kental saya yang satu ini. Dia telah mendahului saya, meninggalkan masa lajangnya. Sementara saya, saat ini masih gundah gulanah memantapkan pilihan hati menentukan bidadari mana yang akan menjadi pendamping hidup saya kelak.

Oke sobat… di blog ini aku mau mengucapkan:

“Selamat Menempuh Hidup Baru.
Semoga Bahtera Rumah Tanggamu
Dapat Kau Bawa ke Dermaga Keabadian.
Doakan agar Aku Segera Menyusul Mu.
Ingat, Cukup Isteri Saja Ya”



By: Fan el Kindy

Depok, 14 Maret 2007

Monday, February 19, 2007

GAK ADA YANG SALAH DENGAN KATA "BUDAK REKTORAT"

Kembali ke halaman depan

(Catatan: Tulisan ini dibuat dalam rangka meramaikan perdebatan pro-kontra di suatu milis alumni UIN Jakarta yang saya ikuti. Perdebatannya mengenai tindak kekerasan yang dilakukan Satpam Kampus UIN Jakarta. Mau lebih jelas tahu duduk perkaranya bisa klik disini)

SECARA filosofis dan sosiologis, gak ada yang salah menurut sy apa yang dikatakan oleh mahasiswa yang aksi saat itu menyebut Satpam sebagai 'Budak Rektorat". Kata itu disebut sebagai bentuk pengungkapan atas fakta yang sebenarnya. Dan fakta itu penyimpangan dari fakta ideal yang harusnya ada. Mestinya, Satpam itu bukan sebagai "Budak Rektorat", tapi ia sebagai "Budak Mahasiswa".

Memang, bahwa budak atau sistem perbudakan, secara nyata, sudah tak ada di dunia dewasa ini. Tapi subtansinya, ia masih tetap ada. Nah, dalam keseharian kata budak sudah umum dipergunakan oleh orang Indonesia untuk memajaskan (mengqiyaskan) pada makna yang lain. Misalnya, Si A sudah diperbudak harta, Si B sedang diperbudak oleh pekerjaan, Si C kini diperbudak oleh Isterinya.

Mungkin, sy pun juga akan mengatakan, sy sedang diperbudak oleh milis ini, sehingga harus buang-buang waktu membalas komentar-komentar di milis ini.

Sehingga, kata "budak" tak lagi mengandaikan tentang sistem perbudakan an sich. Melainkan mengandaikan tentang sifat atau kondisi di mana seseorang mengalami tekanan atau paksaan tanpa bisa melawan atau membantah atas tekanan itu.

(mau bahas lengkap kata budak, silakan aja deh buka kamus... Saya usul-usul anggota milis ini ada yang bikin tulisan tuh tentang arti kata budak, kali aja bisa masuk dalam kolom bahasa-nya Kompas).

Jadi kata "budak" yang dilontarkan oleh mahasiswa pasti tujuannya bukan untuk menggambarkan atau mempersamakan Satpam seperti Bilal bin Rabah misalnya, atau seorang Romusha, atau yang lainnya...

Melainkan sebuah kritik kepada Satpam, bahwa Satpam itu harusnya menjadi Budaknya mahasiswa. Yang tunduk pada kepentingan mahasiswa. Bukan tunduk kepada kepentingan Rektorat....

Lho bukannya Satpam digaji oleh Rektorat? Logis dong... kalo Satpam tunduk kepada Rektorat...?

Nah itu lah makanya apa dikomentari bang Ray Rangkuti... Uang dari mana Rektorat membayar gaji untuk Satpam. Bukankah dari mahasiswa... ? Jadi logikanya, mahasiswa lah yang menjadi Tuan bagi Satpam. Bukan Rektorat.


ADA ide besar yang sedang berkembang di dunia ini. Cepat atau lambat, UIN juga akan "dihajar" oleh ide ini. Yakni "KEDAULATAN MAHASISWA". Mungkin ini ide lama, yang kini di Indonesia sedang "mati suri".

Mengapa ada kedaulatan mahasiswa... ?

Coba kita simak. Dalam hubungan produksi antara buruh dan majikan, buruh punya tenaga, majikan punya uang. Karena majikan punya uang, maka ia yang berkuasa atau mendominasi atas hubungan produksi itu.

Lalu dalam hubungan antara mahasiswa dengan birokrat kampus, mahasiswa yang punya uang, birokrat kampus dan beserta dosen-dosennya adalah yang punya tenaga. Lalu apakah yang punya uang dalam hubungan antara mahasiswa dan birokrat kampus ini, akan menjadi majikan atau mendominasi hubungan itu....? Faktanya ternyata tidak.

Alur:
Buruh = punya tenaga = menjadi budak = objek eksploitasi vs Majikan = punya uang = menjadi majikan = subjek eksploitasi

Mahasiswa = punya uang = tidak menjadi majikan = objek eksploitasi vs Birokrat kampus = punya tenaga = tidak punya uang = menjadi majikan = subjek eksploitasi

Hubungan mahasiswa dengan birokrat kampus adalah hubungan yang timpang. Majikan berada ditangan yang punya tenaga. Kalau berkaca dari teori2 marxisme, wah kayanya hubungan seperti ini yang diidamkan oleh marx. Karena Marx percaya, tenaga adalah modal utama dalam produksi. Tapi disini sy gak mau jauh ngomong tentang si cak marx ini.

Bisa jadi ada anggota di milis ini bilang, "wah gak bisa dong diperbandingkan antara hubungan buruh vs majikan, dengan mahasiswa vs birokrat kampus..? buruh-majikan itu kan hubungan industrial yang mengejar keuntungan, sedangkan mahasiswa-birokrat kampus adalah hubungan pendidikan yang tak mencari keuntungan.. ."

Pertanyaan saya, apa benar dunia pendidikan kita sekarang ini tidak mencari untung. Tidak untuk bisnis. Tidak untuk tujuan komersial... ? Mari kita taruh fakta-fakta di atas meja. Saya berani bertaruh, 99% pendidikan kita adalah bisnis. Makanya saya kira bukan hanya Depdiknas yang menaungi bidang pendidikan, tetapi mestinya juga Departemen Industri dan Perdagangan - Deperindag.

Tp saya tidak mau berdebat bisnis atau tidak bisnis. Kalo pun memang pendidikan adalah bisnis, ayo letakkan dunia pendidikan itu dengan prinsip bisnis profesional. Dalam bisnis profesional berarti, majikan adalah yang punya uang... Dan karena mahasiswa yang punya uang, berarti mahasiswa yang punya kuasa di dalam kampus....

Coba lihat, kaidah hukum bisnis modern mengajarkan, bahwa saham kepemilikan suatu perusahaan harus juga dishare kepada buruh. Tenaga buruh dalam proses produksi, adalah modal yang dimiliki oleh buruh. Karena buruh juga pemegang saham, maka buruh punya suara dalam RUPS.

Lalu UU 13/2003 ttg Ketenagakerjaan, juga mengamanatkan, peraturan perusahaan dibentuk dan dibuat dengan melibatkan persetujuan buruh.

Nah,saya bisa bayangkan kalo ini terjadi dalam hubungan mahasiswa dengan birokrat kampus. Tidak seperti sekarang. Di mana peraturan-peraturan di kampus dibuat secara sepihak oleh birokrat kampus. Dan mahasiswa hanya bisa menerima dan wajib menjalaninya.

Tentu saja, wacana "kedaulatan mahasiswa" bukan untuk tujuan siapa menguasai siapa. Siapa mendominasi siapa. Tapi untuk menjadikan hubungan itu agar lebih humanis dan proposional. Di tambah, wacana "kedaulatan mahasiswa" sedang berjalan mencari bentuknya yg sempurna.

KEMBALI kepada pada kata "budak Rektorat". Sekali lagi kata itu tidak lah salah pak Yayan. Mahasiswa yang mengatakannya adalah benar. Kalo satpam marah mendengar kata itu, Satpamnya yang harus dididik lagi. Satpam itu otak dan pikirannya harus ditraining. Jangan cuma fisiknya yang ditraining.

Oya, orang-orang yang bertanggungjawab atau memberikan komando kepada Satpam juga gak luput untuk ditraining.

Soal siapa yang mentraining, gak usah khawatir pak YS. Saya kira bang RR ini akan dengan senang hati menjadi trainernya.. . Dan gak usah diragukan lagi kapasitasnya. ..

Salam hangat

"Fan el-Kindy"


Kembali ke halaman depan

Situs Orang Dewasa


Terima kasih...

Kamu sudah dengan suka hati membuka halaman blog ini....

Maaf, kalau isi halaman blog ini mengecewakan kamu..

Tapi jangan khawatir... Tuhan sudah mencatat niat dan pikiran yang ada di otak kamu itu...
Hehehehehehe........
"Makanya, gunakan internet untuk hal-hal yang ada manfaatnya. Jangan gunakan untuk tujuan esek-esek deh... Gak ada gunanya... Cuma bikin otak jadi kering....."
"Sory ya bro, gua dah ngerjain lo...." hehehehehe...

Saturday, February 17, 2007

Aku Ingin....

“Aku Ingin Mati di Sisi Mu, Manis Ku”

Tentang Film Gie

Ira tersentak saat pintu depan rumahnya diketuk seseorang. Saat pintu ia buka, ternyata temannya seorang lelaki bernama Denny. Air muka Denny tak cerah. Sehingga membuat Ira yang tadinya tersenyum berubah jadi terdiam. Sepertinya Ira sudah mengira Denny datang membawa berita buruk untuknya.

“Gie titip surat buat kamu,” kata Denny sembari menyerahkan sepucuk surat kepada Ira.

“Maaf ya Ra, mestinya saya datang kemarin.”

“Ada kabar buruk dari Semeru, Ra.”

Ira terdiam tak menyahut. Sepucuk surat yang diberikan Denny dibukanya perlahan. Ira terlihat konsen membacanya. Tak lama, perlahan butiran-butiran air matanya mulai menitik. Tangisan sesenggukannya meraung lemah. Sayup-sayup terdengar suara Gie membaca isi surat yang dibuatnya untuk Ira.

Ada orang yang menghabiskan waktunya ke Mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Mirasa

Tapi aku ingin menghabiskan waktu ku di sisi mu... sayangku...

Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah Mandala Wangi

Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danau
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biapra

Tapi aku ingin mati di sisi mu...
Manis ku...

Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu

Mari sini sayang ku...

Kalian yang pernah mesra
Yang simpati dan pernah baik pada ku

Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung...

Kita tak pernah menanamkan apa-apa
Kita tak kan pernah kehilangan apa-apa

Nasib terbaik adalah tak pernah dilahirkan
Yang kedua, dilahirkan tapi mati muda
Dan yang tersial adalah berumur tua
Berbahagialah mereka yang mati muda

Mahluk kecil...
Kembalilah dari tiada ke tiada...
Berbahagialah dalam ketiadaan mu...

***

Tentang Gie
Narasi di atas adalah secuplik adegan film “Gie” yang disutradarai sineas muda berbakat, Riri Riza. Ini adalah adegan favorit saya dalam film “Gie”. Di komputer jinjing saya, dua file VCD film Gie telah tertanam. Saat waktu luang, berulang kali saya putar adegan favorit itu di komputer. Tak ada rasa bosan. Saya begitu menikmatinya.

Tahu film Gie? Wah ketahuan "gak up to date" kalau tidak tahu. Soalnya tidak ada alasan untuk tidak tahu. Promosi filmnya cukup jor-joran. Film ini diaktori oleh bintang muda ganteng yang kondang. Nicholas Saputra memainkan peran sebagai Gie. Aktingnya cukup memukau dalam film ini.

Sebelum film ini dibuat, banyak orang yang belum tahu siapa sosok Gie sebenarnya. Tapi sejak awal kuliah tahun 97 silam, saya sudah mengenalnya lebih dulu. Seorang sobat memberikan sebuah buku “Catatan Seorang Demonstran” yang ditulis Gie.

Soe Hok Gie adalah nama lengkap dari Gie. Lahir pada ??? tahun ??? di Jakarta. Ia salah seorang aktivis gerakan mahasiswa di Jakarta yang ikut memainkan peranan mengorganisir aksi-aksi mahasiswa menjatuhkan kekuasaan Presiden Soekarno pada tahun 1966. Namun saat Presiden Soeharto berkuasa, pria alumni fakultas Sastra Universitas Indonesia dan berperanakan China ini, tidak ikut turut menikmati lezatnya kekuasaan. Ia memilih justru berdiri di luar sistem. Suara kritisnya terhadap sistem yang korup, manipulatif dan despotik tak kendur ia lontarkan. Bahkan kian tajam. Sikapnya ini berbeda dengan kebanyakan rekan-rekannya yang justru berbondong-bondong masuk dalam ketiak kekuasaan.

Soe Hok Gie sosok aktivis gerakan mahasiswa yang luar biasa komitmen moralnya pada nasib rakyat Indonesia yang tertindas. Bukan hanya di zamannya, tapi juga sampai kini ia tetap fenomenal. Sosoknya bukan hanya kritis, tapi ia juga cerdas. Kecerdasannya bisa dilihat dari hasil karya tulisnya. Salah satunya adalah buku “Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan.” Ini adalah buku penulisan sejarah yang bobotnya cukup berkualitas. Kaya informasi. Analisisnya pun tajam.

Sayang, di usianya yang masih muda, Gie telah dipanggil oleh Tuhan pada tahun 1971. Saat sedang menikmati hobinya naik gunung, Gie tewas menghirup gas beracun di atas puncak gunung Semeru. Saya termasuk orang yang menunggu-nunggu melihat film Gie diputar, ketika tahu Riri Riza akan membuat film tentang sosoknya.

Sedikit banyak, pokok-pokok pikiran Gie dalam buku “Catatan Seorang Demonstran” telah ikut mengkonstruksi cara berpikir saya. Terimakasih Koh Gie. Semoga Tuhan memberikan tempat layak atas pengabdianmu untuk memajukan peradaban manusia.

****

Tentang Puisi Gie
Semua orang pasti setuju. Daya tarik adegan yang saya narasikan di atas, terletak pada barisan kata-kata puitis yang dibuat oleh Gie untuk Ira, sang perempuan idaman hatinya. Buat saya, puisi Gie ini amat romantis sekali. Meski di sisi lain, puisi Gie bisa membuat bulu roma saya berdiri.

Pada bagian akhir puisinya, Gie seperti sudah memprediksi kematiannya yang tak lama lagi bakal menjemputnya. Gie meyakini, mati di usia muda adalah sebuah keberuntungan. Ia menyebutnya sebagai nasib mujur. Sebaliknya, orang yang diberikan usia panjang sampai berusia tua, menurut Gie adalah sebuah kesialan. Aneh bukan?

Bila kita fahami apa yang dimaksud Gie, tentu pernyataannya bahwa mati muda adalah kemujuran, bukan pernyataan yang salah. Gie sadar betul bahwa manusia adalah mahluk yang gampang tergoda oleh kenikmatan dunia. Manusia adalah mahluk yang munafik. Manusia adalah mahluk yang sering tidak konsisten antara perkataan dan sikapnya.

Dan Gie menyadari, bahwa dirinya tak luput dari karakter manusia yang seperti itu. Makanya, ia mengatakan orang mati muda adalah beruntung. Dengan mati muda, tentu tak banyak dosa yang ia buat. Tak banyak kebohongan yang ia buat.

Dimensi lain dari puisi Gie adalah sosoknya yang romantis. Ini menunjukkan bahwa aktivis adalah juga manusia yang punya rasa untuk menyayangi dan mengasihi seorang perempuan yang telah memikat hatinya.

Ira adalah salah seorang perempuan yang selama ini dekat dan bersahabat dengan Gie. Dari persahabatan itu, Ira ternyata menaruh hati dengan Gie. Gie pun menyadari, Ira telah memberikan sinyal cinta kepadanya. Namun keraguan dan kebimbangan hati Gie pada pilihan perempuan lain, membuatnya tak segera menyatakan cintanya kepada Ira.

Hingga akhirnya, Gie membuat sepucuk surat untuk Ira seperti dalam isi puisi di atas. Surat itu menjadi tanda bahwa Gie ingin mengemukakan cintanya kepada Ira sebelum sesuatu yang buruk terjadi kepadanya, yang kemudian dapat membuat ia tak dapat mengungkapkan isi hatinya kepada Ira.

Dalam bait puisinya itu, Gie memang tidak menyatakan cintanya secara lugas. Tapi maknanya jelas, Gie hendak memposisikan Ira sebagai kekasihnya. Di puisinya itu Gie berujar:

"Tapi, aku ingin menghabiskan waktu ku di sisi mu... sayangku...
Tapi, aku ingin mati di sisi mu... Manis ku..."

Benar saja. Beberapa lama setelah ia menulis puisi cintanya kepada Ira, Gie pun meninggal. Tentu saja rasa haru yang begitu deras dialami oleh Ira. Bagaimana tidak, ternyata orang yang telah memikat hatinya selama ini akhirnya menyatakan perasaannya juga. Tapi apa mau dikata. Kebahagiaannya bercampur kepedihan teramat dalam. Karena orang yang menyatakan cintanya itu sudah tak ada lagi di dunia. Jalinan cinta sepasang insan itu ternyata hanya tinggal sejarah yang tak dapat berujung menjadi happy ending.

Sampai sini, sambil mengelus dada, saya mau bilang, aduh amat romantis tragedi sekali jalan cerita ini. Yang tidak nahan itu adalah bait puisinya. “aku ingin mati di sisi mu manis ku.”

Kalimat ini bisa jadi adalah pepesan kosong (gombal) yang sering diucapkan kaum lelaki untuk memperdaya kaum perempuan agar jatuh ke dalam ‘pelukannya’. Tapi ketika Gie yang mengucapkan, maknanya menjadi lebih dalam. Karena Gie begitu tulus mengucapkan kalimat ini untuk Ira.

Sungguh, menikmati adegan film Gie di atas, membuat saya ingin juga latah-latahan melontarkan kalimat ini kepada seseorang perempuan. Tapi bagi saya, kalimat ini teramat sakral untuk diucapkan. Berdosa rasanya jika dilontarkan hanya untuk gagah-gagahan atau sekedar rayuan murahan belaka.

Namun, saya ingin sekali bisa mengucapkan kalimat ini dengan ketulusan hati yang dalam, dan bukan bualan. Hanya kepada seorang perempuan saja ingin ditujukan. Entah siapa orangnya, hingga kini belum jua berani ditentukan. Biarlah sejarah yang akan menjawab kapan waktu itu tiba. Bisa jadi, kematian itu indah dan dapat dinikmati bila kematian itu datang saat saya berada di sisi seorang perempuan yang telah memenjara hati saya dengan nyaman. Kelak kepada perempuan itu, saya akan lontarkan kalimat ini kepadanya.

“Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danau... Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biapra... Tapi, aku ingin mati di sisi mu, manis ku....”


Writed by: Fan el Kindy
Depok, Februari 2007

Monday, January 22, 2007

Good Bye 2006, Welcome 2007

siluet wamena copy 2

Menanti Tahun Penuh Tantangan

Ceuk... Ceuk... Ceuk... Ceuk…

Pada “ceuk” yang kelima, dua jarum jam arloji di tangan kiri saya tepat menunjuk arah angka 12. Sesaat kemudian, langit malam yang tadinya gelap gulita, tiba-tiba menjadi terang benderang. Angkasa dipenuhi gemerlap pancaran sinar warna-warni, yang disertai dengan gemuruh susul menyusul ledakan petasan. Pemandangan langit malam itu begitu meriah dengan pesona kembang api. Sungguh indah dinikmati mata.

Suasana itulah yang terjadi di malam puncak pergantian tahun baru 2007, yang saya lewati seorang diri bersama “kuda besi” tunggangan setia di pinggir jalan protokol, kawasan kota Depok, Jawa Barat. Tak seorang pun kawan di sisi saya. Termasuk kawan dari kaum hawa.

Pantai 1
Suatu senja di pantai Manokwari, Okt-2006.

Padahal banyak tawaran datang mengisi malam tahun baruan. Ada ajakan jalan ke puncak. Main ke Pantai dan Pulau. Naik gunung. Keliling kota Jakarta. Juga acara-acara entertain lainnya. Namun tak satu pun saya respon. Saya memilih menikmati malam tahun baruan seorang diri. Refleksi semaksimal mungkin adalah target utama.

Nyatanya, memang asyik menikmati kesendirian di malam tahun baru. Berbagai warna-warni perasaan menghiasi lubuk hati. Saat melihat sekumpulan anak muda asyik bercengkrama, menyadarkan betapa nikmat arti sebuah persahabatan. Ketika melihat pasangan muda mudi berbagi ‘kehangatan’ dalam canda, menyadarkan betapa manusia butuh mengasihi dan menyayangi.


HUAH.... iyya... yuap.... hmmm... Leeeega rasanya melewati tahun 2006 ini. Seakan telah melewati sebuah tantangan yang begitu berat. Hati terasa plong. Meski itu hanya sementara. Karena saat tahun sudah berganti, rasa was-was menyambut di awal tahun.

Tahun 2006 merupakan tahun yang teramat berat. Pada 24 Februari 2006, sebuah insiden kecelakaan terjadi. Sepeda motor yang saya kendarai jatuh, menabrak pembatas jalan di kawasan Mampang, Jakarta Selatan. Akibatnya, tulang bawah (ulna) lengan kanan saya patah, sehingga tangan kanan tak bisa berfungsi normal. Sekitar 2,5 bulan waktu yang dihabiskan untuk proses penyembuhan. Aktivitas rutin kerjaan pun terhenti, alias tak masuk kantor.

Selama proses itu, rasa prustasi akan ketidaksembuhan datang menghantui. Syukurlah, Tuhan memberi kekuatan untuk sabar dan tabah menghadapi musibah ini. Dan bersyukur pula, kini kondisi tangan kanan sudah kembali pulih sedia kala. Meski fungsi mengangkat benda-benda berat, belum maksimal dilakukan. Ada banyak hikmah didapat dari musibah itu. Selalu hati-hati dalam berkendara, adalah salah satu hikmahnya. (Tulisan Terkait : "Kelabu di Jum'at Malam")

Selain tahun yang berat, tahun 2006 juga menjadi tahun kejutan. Awal Maret 2006 lalu, sebuah pengumuman PERADI (Perhimpunan Advokat Indonesia) menyatakan saya lulus dari ujian advokat 4 Februari 2006 lalu. Berita kelulusan ini menjadi kejutan besar. Sebab, di awal prosesnya saya sudah disergap ketidakpedean dan keraguan bisa lulus dari ujian ini. Syukurlah, memompa sendiri motivasi diri dan bekal jam terbang, akhirnya saya bisa lulus. Walau saat ini, menjadikan dunia advokat sebagai jalan hidup, belum mendapat tempat penuh di hati. Tapi tak apa lah. Setidaknya, ada banyak pilihan jalan hidup untuk masa depan. Thanks God.

Wamena 1
Lembah Baliem - Wamena, saat matahari pagi menyapa. Okt-20006.

Tahun 2006 lalu, juga menjadi tahun pertama saya menginjakkan kaki di tanah Papua. Wamena, negeri yang dijuluki seribu lembah, adalah salah satu daerah di Papua yang saya kunjungi pada Juli 2006. Puji Tuhan. Keindahan pemandangan alamnya, mengingatkan akan lukisan-lukisan pemandangan alam yang pernah saya buat sewaktu duduk di sekolah dasar. Mengagumi alam Wamena, membuat saya akhirnya bersimpuh dan memuji betapa hebat kekuasaan Tuhan menciptakan keindahan alam semesta. Negeri yang pesona alamnya bertaburan ini telah memikat hati, dan membuat saya akhirnya berjanji (nazar). Jika ada umur panjang, uang dan waktu, saya akan kembali khusus untuk menikmati alamnya. Sayang, tulisan feature tentang perjalanan ke Wamena ini belum berhasil saya selesaikan.

Setelah Wamena, berikutnya Manokwari dan Wasior, salah satu daerah Papua yang saya kunjungi di bulan Oktober 2006. Untuk dua daerah ini, keindahan alam tak terlalu berkesan. Namun proses perjalanan dari Manokwari ke Wassior, menjadi perjalanan yang teramat mengesankan. Perjalanan yang ditempuh lewat laut dengan perahu nelayan bermesin ‘Jhonson’ itu, memakan waktu tempuh sekitar 15 jam.


Di tengah perjalanan, kulit wajah terbakar akibat dipanggang oleh sinar matahari. Ketakutan pun datang menyelimuti. Perahu yang saya tumpangi terombang-ambing oleh tamparan ombak selama 2 jam. Perahu hampir saja terbalik. Percikan-percikan air laut menyiram wajah saya yang sudah pucat pasi. Dalam kondisi itu, serasa Tuhan teramat lebih dekat dari urat leher saya. Karena namaNya, saya sebut-sebut untuk mengusir ketakutan. Tulisan feature atas perjalanan ini sudah setengah jalan dibuat. Belum tahu, kapan lagi bisa saya selesaikan.

perahu 2
Titanic style, dalam sebuah perjalanan laut selama 15 jam


Di akhir tahun 2006, saya berkesempatan bekunjung ke Aceh. Kunjungan kali ini amat berbeda dari yang pernah saya lakukan sebelumnya. Kunjungan kali ini adalah Aceh dalam masa damai. Sehingga tak ada lagi rasa khawatir akan keselamatan diri untuk jalan-jalan memasuki wilayah pedalaman di Aceh. Semoga kedamaian ini terus langgeng di Aceh. Pada kunjungan kali ini juga, saya berkesempatan bertemu dengan salah seorang sahabat pena. Sungguh menyenangkan punya banyak sahabat pena. Banyak hasil positif yang didapat. Yang pasti adalah menguatkan tali silaturahmi.


SEJUTA optimisme dan harapan memasuki awal tahun baru adalah milik semua insan. Termasuk saya. Tahun 2007 akan menjadi tahun yang penuh banyak tantangan. Baik karir maupun masa depan sebagai seorang pemuda yang akan menjadi calon kepala keluarga.

Soal karir, obsesi melanjutkan studi S2 di luar negeri dengan beasiswa masih tetap merah membara di dalam dada. Antara optimis dan keraguan, amat imbang porsinya meyakini obsesi ini akan terwujud. Beberapa skenario akan dicoba dijajaki. Semoga di tahun 2007 ini, ada banyak jalan untuk mewujudkannya. Amin.

Dunia tulis-menulis, sepertinya akan menjadi salah satu bidang yang akan saya tekuni serius di tahun 2007 ini, selain dunia keadvokatan tentunya. Bersyukur, pada Januari tahun ini, satu tulisan saya dimuat di salah satu harian media cetak nasional. Meski tulisan tersebut masih menggunakan nama orang lain, lantaran saya belum pede menggunakan nama sendiri. Namun setelah pemuatan tersebut, kepedean saya kian bertambah untuk lebih produktif menulis. “Jangan takut untuk salah. Menulis adalah latihan, bukan teori.” Itulah motto semangat saya menulis.(Tulisan terkait: "Menulis untuk Prasasti")

Tantangan lainnya. Sebagai anak muda yang normal, tantangan berani mengakhiri masa lajang adalah tantangan paling menantang ketimbang ikut “Fear Factor.” Yeee... kok disamain dengan acara TV seh...

Ini serius... Kegagalan menghadapi tantangan ini, sama saja artinya mengundang ‘kepedulian dan perhatian’ dari banyak orang. Entah itu kawan, tetangga, dan juga sanak family. Berondongan pertanyaan mengenai kapan mengakhiri masa lajang, menjadi pertanyaan favorit dilontarkan banyak orang yang saya jumpai saat lebaran Idul Fitri 2006 lalu. Saat pertanyaan dilontarkan, saya bisa jawab dengan santai. Tetapi ternyata tak sesantai ketika pertanyaan itu terekam di hati dan pikiran. Akhirnya, pertanyaan semacam itu menjadi pergulatan pikiran, di samping mikirin masalah-masalah politik, hukum, dan sosial yang tengah terjadi di masyarakat. (Tulisan terkait: Selamat Hari Raya.....dst)

Usai shalat Ied
Usai shalat Ied, Okt-2006


Betul juga apa kata banyak orang. Membangun hubungan dengan kaum hawa untuk sekedar bersahabat dan berpacaran ternyata lebih mudah, ketimbang menjalin hubungan ke jenjang pernikahan. Dalam pernikahan, pasangan nikah kita akan menjadi teman hidup sampai akhir hayat. Karenanya perlu untuk memilih teman hidup yang dapat membuat kita tetap nyaman dan bahagia membina bahtera rumah tangga hingga di masa tua kita. Apa tolak ukurnya?

Setiap orang punya seleranya masing-masing. Tapi saya termasuk orang yang percaya. Setiap orang akan bahagia dengan pasangan hidupnya apabila ia memilihnya berdasarkan kebutuhan, dan bukan keinginan. (Tulisan terkait: "Pasangan Hidup: Keinginan atau Kebutuhan?"

Semoga di tahun ini, Tuhan memberikan saya keberanian menentukan pilihan untuk mengakhiri masa lajang.

Selamat tinggal 2006
Selamat datang 2007
Selamat datang ragam kejutan
Selamat datang tahun penuh tantangan
Dan selamat datang kegemilangan
Amin...

Dermaga 1
Sebuah dermaga, di Teluk Wondama, Okt-2006