Sunday, November 04, 2007, posted by Van Elki at 20:24
Hari Sabtu lalu (03/11/07), adalah hari paling tercepat - 5.30 WIB - sy bangun dari tidur. Pagi itu, sy sudah janji memenuhi ajakan si MS, salah seorang kawan karib, yang juga sobat junior di kampus. Hari Sabtu itu, adalah hari sejarah baginya. Karena di hari itu ia akan menemui orang tua yang anak gadisnya akan dia pinang menjadi “teman hidupnya” hingga akhir hayat.

Sebagai sohib kentalnya, dia minta sy bisa menemani acara lamarannya ke TNG. Sy pun menyanggupi. Hitung-hitung sekalian untuk modal pengalaman diri, karena kelak sy akan menghadapi juga apa yang ia alami saat ini.

Pagi jam 6.30 hari Sabtu itu, hp berdering. Si MS menelepon. Ia minta sy lebih cepat tiba di rumahnya. Karena ia ingin briefing sy jadi juru bicaranya dalam peminangan nanti. Sebab orang yang sudah ditunjuknya, ternyata mendadak tak dapat hadir. Pikiran sy langsung kacau. Sebab malamnya, seorang kawan mengingatkan, untuk jangan sekali-kali menjadi jubir dalam acara peminangan kalau belum pernah menikah. Karena pasti akan lama menikahnya. Mitos yang dikatakan kawan sy itu benar-benar mengganggu pikiran pagi itu.

Akhirnya sy putuskan tetap menyanggupi menjadi jubir. Toh soal jodoh, sy percaya Tuhan yang punya kehendak atas semua ikhtiar yang sudah kita lakukan. Seperti yang dikutip seorang blogger sobat sy, “kita tidak akan menikah dengan pacar kita, teman kita, atau orang yang kita kenal baik, tetapi kita akan menikah dengan jodoh kita.”

Acara lamaran sobat sy pun berjalan lancar dan sukses. Tanggal resepsi berhasil dicapai kata sepakat antara dua pihak keluarga besar.

Namun dalam perjalanan menuju TNG, sempat terhambat oleh insiden kecil. Karena salah satu mobil rombongan ditilang Polisi. Perdebatan sengit antara supir dan Polisi pun terjadi. Sy yang ada di mobil lain, turun menghampiri Polisi yang menilang. Si Polisi ini memiliki postur cukup tinggi dan kekar. Dari warna kulitnya, sy terka Polisi ini adalah orang Papua. Tak banyak argumen yang sy lontarkan, kecuali hanya ucapan minta maaf dengan menggunakan logat Papua yg sy kuasai dan sembari memperkenalkan diri dengan sebuah kartu identitas. Alhasil, STNK dan SIM si supir dikembalikan. Gak ada surat tilang yang saya terima, dan gak ada uang damai sepeser pun yang dikeluarkan. Hehehe… “This moment is the third of my success story” dalam melobby Polantas. Ya begitulah cara advokat muda yang sedang belajar menguasai ilmu lobby melobby. Hehe..

Ok kawan. Sukses buat acara lamaran kau…! Semoga resepsinya nanti juga sukses ya..! Doakan abang mu pasti menyusul! Entah kapan, pokoknya tak usah lah kau pikirkan. Awak yakin pasti bisa… Apa kata dunia nanti kalo awak gagal. Pasti, pengalaman sukses melobby Polantas, akan awak juga jadikan modal skil melobby hati seorang gadis dan orang tuanya. Hehe…
 
2 Comments:


At November 06, 2007 1:11 PM, Anonymous Anonymous

Akhirnya ada postingan baru...
Sepakat Saya dengan kata sobat abang kalau:
Kita Tidak Akan Menikahi Kekasih,
Orang Yang Selalu Ada di Dekat Kita,
Teman,Sahabat,Atau Siapa Lah...
Tapi dengan dia yang disebut "jodoh"

_^

 

At November 14, 2007 8:06 PM, Anonymous Anonymous

hahaha....sinting! jadi lo nyamain polantas ama ortu si gadis?

*upsss...becanda, Fan! :p