Thursday, November 02, 2006, posted by Van Elki at 21:40
Writed by: Ridwan Darmawan

KOMUNITAS MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI Jakarta (KM UIN), dilahirkan atau didirikan di Jakarta pada tanggal 22 Mei 1998, ketika situasi Jakarta dan seluruh Indonesia sedang mengalami euforia atas jatuhnya Rezim otoritarian Soeharto sehari sebelumnya (21 Mei 1998). Sejujurnya ini adalah awal dari kesepakatan lisan yang biasa, yang dikeluarkan secara bersama-sama di antara teman-teman JS’97 (Jinayah Siyasah angkatan ’97), ketika saat itu dihadapkan pada pilihan, bertahan di DPR-berarti menolak Habibie, karena bagian dari orde baru. Pulang atau keluar dari DPR- Berarti setuju terhadap pergantian Soeharto oleh Habibie dan perjuangan telah selesai.

Photobucket - Video and Image Hosting

Atas dasar pilihan itulah, kita menentukan sikap bahwa kita akan tetap bertahan dan tetap meneruskan perjuangan demi perubahan yang sejati atau REFORMASI TOTAL dan tetap bertahan di FORUM KOTA atau FORKOT (saat itu Senat Mahasiswa IAIN lewat Forum Komunikasi Mahasiswa Ciputat/FKMC bergabung dengan Forum kota/FORKOT). Pada saat itu memang terjadi pertentangan hebat di antara mahasiswa yang sama-sama mempertahankan argumentasi atas pilihan yang diambilnya, tak terkecuali di lingkup UIN (saat itu IAIN) terjadi juga “perpecahan” pandangan terhadap realitas politik yang terjadi saat itu. Dan FKMC termasuk Senat Mahasiswa IAIN menarik massanya dari DPR saat itu. Di situlah “perpecahan” pertama Mahasiswa terjadi setelah sekian lama disatukan isunya atau musuhnya, yaitu Soeharto.

Pada awalnya, kita bergerak dari satu kelas yang bersamaan,(JS ’97) yang secara prinsip tidak memenuhi kriteria sebuah organisasi, tetapi hanya berdasarkan pada tingkat emosionalitas yang kental dan kesamaan pandangan dalam melihat realitas. Kita turun ke jalan dan road show aksi-aksi keprihatinan atas krisis yang menimpa Indonesia dari kampus satu ke kampus yang lainnya pada saat itu ( September-Mei 1998).

Photobucket - Video and Image Hosting

Atas dasar kegelisahan beberapa kawan-kawan yang melihat bahwa KM UIN saat itu tidak lebih dari sebuah kerumunan massa yang tidak jelas arah dan tujuannya (tidak terkonsep). Maka pada awal tahun 1999 diadakan Kongres I, yang melahirkan organ JAMRUD (Jaringan Aksi Mahasiswa dan Rakyat Untuk Demokrasi) sekaligus menentukan prinsip-prinsip dasar perjuangan organisasi. Kemudian pada akhir tahun 1999, JAMRUD mengadakan Kongres I di Bogor, berdasarkan pembahasan dan evaluasi peserta kongres, akhirnya kongres menetapkan untuk mengganti nama organisasi JAMRUD dengan Forum Diskusi AcademiA, dan melahirkan Presidium organisasi.

Dalam perjalanannya terjadi dualisme organisasi dalam satu organisasi KM UIN (AcademiA dan KM UIN), AcademiA lebih menekankan dan cenderung diskusi wacana an-sich, sedangkan KM-UIN lebih menekankan aksi turun ke jalan (demontrasi) atau mempraksiskan wacana, yang berimplikasi pada keresahan dan kegelisahan untuk kedua kalinya. Kongres II dilaksanakan di Puncak Bogor. Kongres kali ini terasa lebih “panas” ketika membahas persoalan dualisme atau kontradiksi-kontradiksi dalam organisasi yang terjadi dalam setahun perjalanan organisasi.

Photobucket - Video and Image Hosting

Hasil kesepakatan kongres II kembali melahirkan kesepakatan yang meleburkan atau menghilangkan Forum Diskusi AcademiA dan menetapkan KM IAN Jakarta sebagai nama organisasi tunggal di basis IAIN. Gagasan yang mengemuka dalam peleburan tersebut adalah menyatukan dikotomi antara mendiskusikan wacana dan mempraksiskan wacana, bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan.dan sejak itulah sejarah telah melahirkan organ gerakan pertama lahir di IAIN (kini UIN).

Dan sejak itulah KM UIN terus “mengisi” dan selalu eksis dalam percaturan dinamika kampus UIN “tercinta” ini. Beberapa sejarah perlawanan gerakan mahasiswa baik di tingkat nasional maupun tingkat basis kampus telah ditorehkan oleh organ KM UIN selama perjalanannya di dunia gerakan mahasiswa dan selalu menjadi motor atau pelopor terhadap setiap gerakan-gerakan perlawanan, sehingga tidak heran bila organisasi ini mempunyai motto “Tunduk Ditindas atau Bangkit Melawan, Karena Mundur adalah Penghkianatan”. Beberapa aktivitas KM UIN itu antara lain adalah, pada tahun ajaran baru 2000 yaitu mahasiswa baru angkatan 2000, dinaikkan SPPnya dari Rp.300.000 menjadi Rp.400.000. KM UIN dengan tegas menolak kenaikan tersebut dan melakukan aksi-aksi penolakan ke rektorat, yang akhirnya rektorat membatalkan kenaikan tersebut dan mengembalikan uang Rp.300.000 kepada mahasiswa angkatan 2000 tersebut.

Contoh lain adalah ikut membidani dan membantu lahirnya organ-organ gerakan lain lahir di UIN, seperti KAM UIN, FAM UIN dan lain-lain. Dan sekaligus mempelopori Dewan Mahasiswa (DEMA) UIN Jakarta sebagai aliansi taktis organ kampus saat itu.

Prestasi yang paling membanggakan yang telah dicapai oleh KM UIN sampai saat ini adalah KONSISTENSI GERAKAN yang masih belum tergoyahkan dari awal berdirinya hingga saat ini, cita-cita awal organisasi ini adalah mewujudkan kemerdekaan 100% bagi rakyat Indonesia. Merdeka secara politik, ekonomi dan budaya (berdikari dalam ekonomi, berdaulat dalam politik). Sehingga tidak ada dalam sejarahnya KM UIN ikut terbawa arus oleh konflik elit politik, seperti yang terjadi pada organisasi-organisasi mahasiswa yang lain, terutama ketika konflik elit pada tahun 2000-2001 saat pelengseran Gus Dur dari kursi presiden. Saat itu mahasiswa layaknya seperti supertor klub sepak bola yang fanatik, mereka saling ngotot-ngototan untuk mendukung elit-elit politik yang sedang bertikai, tanpa rasa malu sedikit pun.

Saat ini, KM UIN sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika kampus UIN tercinta ini, basis massa/anggota KM UIN sudah semakin merata tersebar di setiap fakultas-fakultas di kampus ini, dan berdasarkan rekomendasi kesepakatan Kongres KM UIN IV di Anyer Banten, bahwa KM UIN membentuk sayap-sayap organisasi di setiap fakultas yang sudah memenuhi kuota 10 orang massa/anggota KM UIN, dan sampai saat ini sudah ada 5 basis Fakultas: Komunitas Mahasiswa Syariah (KMS), Forum Kajian & Aksi Ushuluddin (FOKUS), Gerakan Mahasiswa Adab & Ekonomi (GEMA), Aksi & Studi Tarbiyah & Dirasat Islamiyah (ASTRID), dan yang terbaru Komunitas Mahasiswa Psikologi & Dakwah( KMPD).

Demikianlah sekilas tentang KM UIN, semoga bermanfaat dan tetap pada Garis Perjuangan dan Cita-cita Perjuangan kita. Amien.

***
My Comment about this text:

NAMANYA Ridwan Darmawan. Biasa dipanggil Bogel. Ia salah satu kawan saya satu kelas di Fakultas Hukum dan Syari’ah UIN. Sama-sama angkatan 97. Pria yang usianya lebih muda satu tahun dari saya ini, memiliki tubuh agak gempal (gemuk) dan pendek. Barangkali itu yang membuat kawan-kawan Aliyah-nya di Ciamis dulu, memanggilnya dengan nama Bogel. Sebutan itu ternyata berlanjut, ketika pria yang suka berambut gondrong ini kuliah di UIN.

Photobucket - Video and Image Hosting Bogel dari arah belakang

Awal mengenalnya, saya agak riskan memanggilnya dengan nama Bogel. Gak enak. Kok nama bagus-bagus dipangil Bogel. Tapi karena nama itu sudah familiar, dan ia juga terlihat enjoy, ya sudah, sampai kini tak perlu riskan lagi memanggilnya dengan nama Bogel. Di memori HP saya, nomor HP-nya saya simpan dengan nama "Bogero." Dengan tampilan postur seperti itu, Bogel juga kadang diguyonkan oleh banyak kawan dengan panggilan ”Gusti Randa,” seorang artis sinetron sekaligus seorang advokat. Ya, selintas memang Bogel mirip ”Gusti Randa.” Lebih dari selintas, ya tetap aja, kaya Bogel. Orang yang unik. Supel. Mudah bergaul. Sehingga banyak orang cepat akrab dengannya. Coba aja tanya sama mahasiswi-mahasiswi yang ngekos di Jalan Pesanggrahan samping UIN Ciputat. Pasti kenal semua.

Setelah sama lulus kuliah, bersama dengannya, kemudian saya menjelajahi jam terbang di PBHI sejak April 2004. Pengalaman jam terbang inilah, yang membawa kami berdua akhirnya berhasil lulus dari ujian advokat pada tahun 2006 ini. Saya lulus di bulan Februari, dan ia di bulan September.

Di mata saya, Bogel memiliki dua nyawa. Satu nyawa ia sudah lepaskan di Banda Aceh. Sewaktu Tsunami menerjang Banda Aceh di akhir tahun 2004 lalu, kebetulan Bogel ada di sana. Puji Tuhan, meski badannya lumayan gemuk, tapi ia masih gesit untuk urusan lari dari kejaran Tsunami. Ruko (rumah toko) dua lantai tempat ia tinggal, lantai satunya hancur dilabrak air. Di sana ia menjadi saksi, betapa dahsyatnya kekuasaan Tuhan.


SUATU ketika saat sedang asyik mengutak-mengatik file di komputer kantor, saya menemukan sebuah file bertipe Word. Isinya merupakan teks yang dibuat oleh Bogel. Tulisannya berjudul ”Tentang KM UIN,” sebagaimana yang saya tampilkan di atas. Dalam tulisan ini, Bogel menuturkan asal muasal sebuah kelompok mahasiswa yang menamakan dirinya KM UIN. Tulisan ini ia memaparkan dinamika aktivitas dan sepak terjang dari KM UIN. Untuk itu, saya menampilkan tulisannya ke dalam Blog saya. Tidak banyak edit teks yang saya lakukan, kecuali hanya titik, koma, ejaan, dan spasi. Lebih dari itu, ini murni tulisan Bogel. Karena tulisan ini juga dijadikan salah satu bahan presentasi dalam pelatihan di KM UIN, maka saya merasa, ini sudah layak untuk dipublikasikan. Mungkin saja banyak orang menilai tulisannya sarat dengan klaim. Tapi inilah proses penulisan sejarah. Sah-sah saja bila ada kontroversi mengiringinya.

Kalau kita simak, hampir semua tokoh-tokoh politik yang terlibat dalam proses sejarah di tahun 98, telah menulis buku mengenai pengalamannya melewati kemelut politik di tahun 98. Coba aja perhatikan. Habibie sudah menulis buku yang kemudian menyulut pertikaiannya dengan Prabowo. Sebelumnya Prabowo juga sudah menulis buku. Wiranto juga. Kivlan Zein juga. Amin Rais apalagi. Gusdur apalagi. Pengamat politik juga gak mau ketinggalan. Dan banyak lagi tokoh lainnya. Semua buku yang mereka tulis, isinya sama. Mereka mengklaim diri ikut memberikan kontribusi positif dalam proses reformasi 98. Padahal, hanya tipu-tipu saja. Mau jadi pahlawan kesiangan.

Pendapat ini bukan hanya punya saya. Tapi juga seluruh aktivis mahasiswa angkatan 98 mengatakan begitu. Anehnya, mengapa mahasiswa angkatan 98, tidak menulis sejarahnya sendiri dalam sebuah buku. Padahal dengan menulis buku, mereka bisa mendelegitimasi para pahlawan kesiangan itu. Pertanyaan saya. Lalu siapa aktivis mahasiswa 98 yang sudah menulis itu? Setahu saya tidak ada. Kenapa bisa begitu? Kemana para aktivis itu? Selidik punya selidik. Ada kompleksitas problem di tubuh para aktivis 98 ini. Di antaranya, mereka lebih banyak disibukkan oleh urusan internal. Sehingga akhirnya, elit politik bertepuk tangan. Mahasiswa menjadi martir reformasi, elit politik yang menikmatinya. Mahasiswa dan rakyat, hanya gigit jari. Kembali menjadi kaum marjinal. Menjadi kaum yang terus ditindas, dan ditipu.

Itulah mengapa, membaca tulisan Bogel, membuat saya tertarik untuk menulis dengan tema yang sama. Yakni tentang pengalaman diri dalam melewati proses lika-liku dalam gerakan mahasiswa di tahun 98. Saya ingin membuatnya dari angel yang berbeda. Ya, sejarah memang perlu untuk ditulis. Agar kita tidak lupa. Agar kita bisa belajar dari masa lalu. Agar kita ingat, bahwa kita pernah melakukan sesuatu, sehingga bisa memotivasi diri untuk melakukan banyak sesuatu di masa depan. Tentunya untuk kemajuan peradaban manusia. Mudah-mudah saya punya banyak waktu untuk menulisnya.
Salam.
Irfan F.