Tuesday, August 28, 2007

Journey to Wondama (2)

My galery picts still at Wondama Bay - Papua Island. I love Papua.


Pict 1
Pict 9 Wasior Moment

Pict 2
Pict 10 Wasior Moment

Pict 3
Pict 12 Wasior Moment

Pict 4
Pict 13 Wasior Moment

Pict 5
Pict 11 Wasior Moment

Pict 6
Pict 14 Wasior Moment
Manokwari Beach

Wednesday, August 22, 2007

Journey to Wondama Bay Regency

Oktober 2006 lalu, adalah perjalanan paling mengesankan berada di tanah Papua. Tepatnya perjalanan ke Wasior, ibukota Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. Perjalanan menempuh waktu 15 jam dari pantai Manokwari dengan menggunakan Jhonson.

Jhonson adalah sebuah perahu nelayan dengan kapasitas mesin 16 PK. Ukurannya sangat kecil. Kapasitas penumpangnya hanya 10 orang. Perahu ini tidak memiliki atap. Praktis, bisa membuat nasib penumpangnya kepanasan dan kehujanan. Dan perahu ini bisa dijungkalkan dengan ombak setinggi 70 cm.

Dengan kamera Kodak Z612 dan skil photografi ala kadarnya, sy berusaha untuk mendapat gambar2 dengan angle yg good. Yah sekedar otodidak.


Pict 1
Sunrise di Pantai Manokwari
Pict 1 Wasior Moment

Pict 2
Pict 2 Wasior Moment


Pict 3

Pict 3 Wasior Moment


Pict 4


Pict 4 Wasior Moment


Pict 5
My Friends

Pict 5 Wasior Moment


Pict 6
Titanic Style

Pict 6 Wasior Moment


Pict 7

Pict 7 Wasior Moment

Klik gambar, untuk gambar ukuran besar.

Thursday, August 02, 2007

Kenangan Melawan Gigil Oleh-oleh dari Papua

Pagi itu, dunia masih diselimuti kegelapan, meskipun ayam sudah berkokok dengan semangatnya, seolah mengabaikan kenyataan bahwa matahari belum juga menampakkan wajahnya. Dalam suasana yang sepi dan dingin ini, aku berjuang sekuat tenaga untuk bangkit dari tidur yang penuh mimpi buruk. Dengan gerakan yang lebih mirip pertarungan, akhirnya aku berhasil berwudhu dan berdiri di atas sajadah. Shalat Subuh, yang penuh khusuk, terasa seperti dialog intim dengan Tuhan, di mana air mata tak tertahan mengalir deras, menetes seperti hujan yang jatuh tak terduga.

Hari itu, Selasa pagi, 26 Juni 2007, menjadi hari yang menandai perjalanan emosional yang mendalam. Dalam doa usai shalat, aku memohon ampunan Tuhan atas segala dosa dan merengek agar penyakit yang menimpa tubuhku segera diangkat. Penyakit yang kuceritakan ini adalah malaria—musuh tak kasat mata yang telah membuatku menangis dalam doa dengan intensitas yang belum pernah kukenal sebelumnya.

Lagi-lagi Malaria….!

Ampun-ampun deh sama penyakit yang namanya malaria. Gak hilang-hilang di tubuh ini. Kambuh-kambuhan terus. Kalo lagi nyerang, wuih… badan menggigil, tubuh panas, kepala berat, mual, dan muntah-muntah. Pengen mati aja rasanya.

Terpaksa akhirnya dalam 1 bulan, dua kali masuk rumah sakit. Terakhir, tanggal 18 Juli lalu gw harus rela dirawat inap di St Carolus, dan baru keluar tanggal 23 Juli. Ya, 6 hari 5 malam ada di rumah sakit.

Enak? Aduh jangan tanya deh. Namanya juga di rumah sakit. Semua serba terbatas. Makanannya gak bersahabat di perut gw. Udah ah, kapok masuk rumah sakit. Semoga badan ini terus sehat.

Penyakit malaria ini dah bikin gw kapok ke Papua lagi. Dan gw gak mau ke Papua dalam jangka waktu lama lagi.

Ya Allah… Lindungi dan sembuhkan hamba dari segala penyakit. Amin….